Sejumlah pengurus Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia di acara Indonesia Palm Oil Conference (IPOC) 2022 yang digelar di Nusa Dua Bali, Kamis (03/11/2022).
Sumber :
  • tim tvonenews

Asosiasi Berharap Hadirnya Kebijakan Pemerintah Yang Bisa Mendukung Perbaikan Harga TBS Sawit

Kamis, 3 November 2022 - 19:40 WIB

Denpasar, Bali - Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) berharap harga tandan buah segar (TBS) kelapa Sawit kembali membaik dan bisa menembus Rp3.000/kg. Terlebih pergerakan harga minyak sawit dunia dibandingkan harga CPO dalam negeri, mulai naik.

"Saya memperkirakan bahwa harga TBS Petani sampai dengan akhir tahun ini akan tembus Rp3.000/kg. Jika sudah diatas 3000 maka petani bisa lega karena sudah lumayan diatas modal produksi atau HPP (Rp2.250/kg TBS)," kata Ketua Umum DPP APKASINDO, Gulat ME Manurung, yang sedang berada di Bali mengikuti acara International Palm Oil Conference (IPOC) 2022, Kamis (3/11/2022).

Gulat menambahkan, bila mengacu ke harga TBS petani sebelumnya atau saat sebelum turbulensi, diketahui untuk mencapai harga TBS Rp3000 maka harga CPO harus berada diangka Rp13.200/kg CPO. 

"Harga CPO hari ini hasil tender CPO KPBN sudah berada diangka Rp12.878 dan saya perkirakan tanggal 4, lusa paling lama, harga tender KPBN sudah di atas Rp.13.500/kg yang artinya, selamat atas bergairahnya harga TBS Petani diangka Rp.3000/kg, mungkin ini salah satu berkah dari IPOC Bali Tahun ini,” paparnya. 

Meski demikian, pihaknya masih menunggu surat keputusan Kementerian Keuangan tentang besaran Bea Keluar dan pungutan ekspor (Levy). 

"Kedua hal ini sangat menentukan juga harga CPO Domestik," tegasnya. 

Mengenai Levy yang dipungut oleh BPDPKS, kata Gulat, sudah patut untuk diberlakukan, meskipun dengan besaran yang kecil. 

“Tidak baik mengabaikan fungsi dari BPDPKS yaitu fungsi pungut, kelola dan penyaluran. BPDPKS tersebut sangat besar fungsi dan peranannya untuk memajukan sector hulu terkhusus petani sawit Indonesia, dan hal ini sudah menghasilkan kemajuan sector perkebunan kelapa sawit, terkhusus sawit rakyat sejak berdirinya BPDPKS," kata Gulat.

Diketahui, acara IPOC yang digelar di Nusa Dua Bali dihadiri negara-negara penghasil CPO dan Importir CPO. Pertemuan ini diharapkan akan menjadi momentum baik saat dunia sudah diambang resesi.

Kejutan Industri Sawit

(Ilustrasi: Pekerja menyusun tandan buah segar (TBS) kelapa sawit hasil panen. Sumber: ANTARA)

Gulat juga menjelaskan bahwa bulan Nopember ini banyak memberikan kejutan kepada industry sawit. Hal ini dapat dilihat dari harga komoditas minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) naik tajam di sesi awal perdagangan Rabu (2/11/2022) di Bursa Malaysia. 

"Artinya, harga CPO telah naik selama tiga hari beruntun sampai dengan hari ini," kata Gulat.

Mengacu pada bursa CPO Malaysia per hari ini, harga CPO menguat secara berturut-turut dari RM 3.858 ke RM 4.158 (US$ 877) untuk bulan Nopember dan untuk bulan Desember menguat dari RM 3.993 menjadi RM 4.307 (US$ 908). 

Pergerakan harga CPO ini sangat memberikan harapan Terhadap harga TBS Petani sawit di Indonesia. 

“Meskipun saya prihatin karena Indonesia sebagai produsen CPO terbesar di dunia tidak menjadi rujukan utama harga minyak sawit dunia, ya faktanya seperti ini," ujar Gulat.

Gulat memaparkan, banyak faktor mengapa harga CPO strike terkhusus awal Nopember ini, antara lain; pengaruh mundurnya Rusia dari kesepakatan ekspor biji-bijian di laut hitam sehingga meningkatkan kekhawatiran negara-negara importir atas pasokan minyak nabati global dan minyak sawit adalah satu-satunya harapan dunia.

"Selain itu juga karena realisasi eksport minyak sawit dan turunannya ke Tiongkok dan Uni Eropa juga naik secara signifikan," ujar Gulat. 

Ia menjelaskan, dunia saat ini sedang mengalami krisis energi yang cukup lumayan parah, sehingga tidak dapat terelakkan bahwa minyak sawit adalah salah satu pemeran utama dari substitusi sumber energi tersebut dibanyak negara. 

"Yang anehnya, Negara-Negara Eropa selalu mengatakan minyak sawit untuk pangan sudah berkelanjutan, tapi untuk sumber energi masih dianggap tidak berkelanjutan, tapi mereka memakainya juga,” papar Gulat.

Gulat juga menjelaskan bahwa pasca terbitnya harga referensi (HR) produk minyak Kementerian Perdagangan, untuk tanggal 1-15 Nopember yaitu US$ 770,88/ton CPO, yang naik 7,98% dibandingkan periode 16-31 Oktober telah juga menggambarkan bahwa harga CPO domestik turut bergairah. 

Meski demikian, ia memberikan catatan bahwa harga referensi kemendag ini adalah diambil dari harga CPO rata-rata dua minggu sebelumnya sedangkan harga bursa Malaysia adalah harga harian. Harga referensi minyak sawit Kemendag ini pembobotannya 20% dari harga Roterdam, 20% dari harga bursa Malaysia dan 60% dari harga bursa Indonesia," papar Gulat. 

"Maka, diharapkan Kemendag bisa segera merevisi HR menjadi harga mingguan, kalaupun tidak bisa harga harian, sehingga bisa lebih up to date," pungkasnya. (ito)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
01:32
01:25
03:14
02:08
02:11
02:30
Viral