- tvOnenews.com/Rilo Pambudi
Saat Vietnam Deal 20%, Indonesia Masih 'Digantung' AS Meski sudah Tawarkan Impor Jor-joran hingga Rp550 Triliun
Jakarta, tvOnenews.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa pemerintah masih melanjutkan proses negosiasi dagang dengan Amerika Serikat (AS).
Meski telah mengajukan sejumlah penawaran strategis, Indonesia sejauh ini belum mencapai kesepakatan yang diharapkan dengan AS.
Situasi ini berbeda dengan Vietnam yang baru saja memperoleh keringanan tarif impor dari AS.
Terkait hal tersebut, Menko Airlangga menyatakan bahwa sampai saat ini masih banyak negara yang belum berhasil menyepakati pengurangan tarif.
Tak terkecuali Indonesia yang masih terus berupaya melalui jalur diplomasi dan negosiasi teknis.
“Yang belum juga kan banyak, lebih dari 100 negara. Yang sudah deal baru UK, kemudian China, dan Vietnam. China pun masih berlaku sementara, 90 hari saja,” ujar Menko Airlangga di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (3/7/2025).
Diketahui, batas akhir waktu negosiasi akan berakhir pada 8 Juli 2025, tepat 90 hari sejak Presiden Trump mengumumkan kebijakan tarif baru terhadap negara mitra dagang utama, tak terkecuali Indonesia.
Airlangga menuturkan, tim negosiasi dari Indonesia saat ini masih berada di Washington, bergabung dengan delegasi dari India, Jepang, Uni Eropa, Vietnam, dan Malaysia, untuk terus melobi pemerintah AS.
Ia menegaskan pihaknya telah mengajukan dokumen tertulis yang sudah dibahas dengan United States Trade Representative (USTR), Menteri Perdagangan AS (Secretary of Commerce), dan Menteri Keuangan AS (Secretary of Treasury).
Sebagai komitmen untuk menyeimbangkan hubungan dagang, Indonesia telah mengajukan paket penawaran jor-joran kepada AS.
Tawaran itu mencakup pembelian atau impor berbagai komoditas asal Amerika serta rencana investasi senilai US$34 miliar atau sekitar Rp550 triliun (kurs Rp16.200 per dolar).
Nilai penawaran itu hampir dua kali lipat lebih besar dari defisit perdagangan AS terhadap Indonesia yang saat ini tercatat mencapai US$18-19 miliar.
Akan tetapi, Indonesia bahkan sampai saat seolah masih 'digantung' dan menanti respons positif dari AS.
Airlangga menyebut, pemerintah berharap bisa mendapatkan perlakuan tarif yang lebih menguntungkan dibandingkan Vietnam, yang mendapatkan pemotongan tarif hingga 20%.
“Kalau Vietnam kan 20-40%. Tentu kita berharap lebih baik dari itu,” ucapnya.