- ITPLN
Siap Bangun 200 PLTN, Indonesia Bikin Lembaga Nuklir Bertaraf Global!
Jakarta, tvOnenews.com - Indonesia bersiap masuk ke era energi nuklir, Institut Teknologi PLN (ITPLN) resmi meluncurkan lembaga riset bertaraf global bernama Global Institute for Nuclear Energy and Sustainable Development (GINEST), yang akan menjadi ujung tombak dalam pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dan transisi energi bersih di tanah air.
Rektor ITPLN, Iwa Garniwa, menyatakan lembaga ini akan menjadi pusat keilmuan dan kolaborasi global untuk menguasai teknologi nuklir.
“GINEST akan menjadi pusat keilmuan dan kolaborasi global dalam penguasaan teknologi nuklir, sekaligus memperkuat posisi Indonesia di kancah energi bersih dunia,” kata Iwa, dalam keterangan tertulis, Jumat (20/6/2025).
Untuk pertama kalinya, pengembangan PLTN dimasukkan pemerintah dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034, dengan target awal 500 megawatt (MW) dan proyeksi jangka panjang hingga 4.300 MW. Teknologi small modular reactor (SMR) dan reaktor terapung menjadi bagian dari peta jalan ini.
Iwa menjelaskan, GINEST akan menjalankan tujuh program utama, mulai dari memberi masukan kebijakan teknologi nuklir kepada pemerintah, membangun kapasitas SDM, hingga memperkuat jejaring internasional.
“Kita harus masuk sebagai pemain utama energi masa depan,” tegasnya.
Dalam forum yang sama, Direktur Manajemen Proyek dan Energi Terbarukan PLN, Suroso Isnandar, mengungkapkan Presiden Prabowo Subianto telah menegaskan pentingnya pemanfaatan teknologi nuklir, tak hanya untuk pertahanan, tetapi juga energi, kesehatan, dan pertanian.
“Kalau target operasional 2034, prakontrak harus mulai tahun depan,” ujar Suroso.
Dia mengingatkan pentingnya kesiapan dari sekarang. Ia menyebut siklus proyek PLTN bisa mencapai 100 tahun, termasuk masa perencanaan, konstruksi, dan operasional.
Dibandingkan PLTU, PLTN memiliki keunggulan signifikan dalam efisiensi dan emisi. Pelet uranium seukuran 1 cm diklaim bisa menyamai energi 1 ton batu bara, dengan emisi hanya 0–12 gram CO₂ per kilowatt-hour (kWh), jauh di bawah PLTU yang mencapai 870 gram CO₂ per kWh.
Ketua GINEST, Agus Puji Prasetyono, menambahkan bahwa Indonesia menargetkan pembangunan sekitar 200 unit PLTN hingga 2050.
“Berarti, kita harus betul-betul siapkan sumber daya manusia juga teknologinya. Kan kita tidak mungkin akan tergantung semuanya PLTN itu dari luar,” kata Agus.