- Antara
Perang Iran-Israel Bisa Ganggu Industri! Menperin: Waspadai Impor Energi dan Krisis Pangan
Jakarta, tvOnenews.com – Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengingatkan dunia usaha untuk bersiap menghadapi dampak berantai dari konflik terbuka Iran-Israel.
Ketergantungan industri nasional terhadap energi impor, bahan baku produksi, dan nilai tukar asing membuat sektor manufaktur dalam posisi rentan.
“Energi itu vital, bukan hanya untuk operasional, tapi juga sebagai bahan baku produksi. Efisiensi energi jadi mutlak, diversifikasi sumber energi harus dikejar,” tegas Agus dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (18/6/2025).
Rantai Pasok Bisa Kacau, Rupiah Tertekan
Konflik di Timur Tengah bukan sekadar ancaman regional, tapi berpotensi mengguncang rantai pasok global, termasuk logistik dan ekspor industri Indonesia yang melintasi kawasan tersebut. Apalagi, nilai tukar rupiah ikut tertekan karena ketidakpastian geopolitik, memicu inflasi harga input produksi dan menurunkan daya saing ekspor.
Agus menegaskan bahwa sektor industri harus memitigasi risiko dari tiga sisi sekaligus: energi, bahan baku, dan nilai tukar. Tanpa langkah strategis, guncangan harga dan suplai bisa menggerus produktivitas nasional.
Hilirisasi Agro Jadi Kunci Hadapi Inflasi Pangan
Di sektor pangan, Menperin juga menyoroti ancaman inflasi akibat naiknya biaya logistik internasional dan pelemahan nilai tukar terhadap dolar AS. Solusinya? Hilirisasi produk agro nasional.
“Jawabannya bukan impor, tapi memproses hasil pertanian, perikanan, dan kehutanan sendiri. Industri harus jadi motor penggerak kedaulatan pangan,” ujarnya.
Hilirisasi bukan hanya strategi jangka pendek, tapi agenda besar yang masuk dalam prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Bahkan, Menperin mendorong manufaktur nasional untuk berinovasi di teknologi pangan agar nilai tambah tetap di dalam negeri.
Gunakan Skema LCS, Hindari Risiko Dolar
Untuk menekan risiko kurs, Agus menyarankan industri menggunakan skema Local Currency Settlement (LCS) dari Bank Indonesia. Skema ini memungkinkan transaksi antarnegara tanpa harus memakai dolar AS, khususnya dengan mitra dagang yang sudah meneken kerja sama LCS dengan RI.
“Kita sudah punya fasilitasnya, tinggal dimanfaatkan. Ini penting untuk lindungi industri dari dampak langsung gejolak geopolitik,” ucapnya.
Langkah mitigasi terpadu di sektor energi, pangan, dan keuangan diyakini Menperin akan menjadi tameng bagi industri nasional menghadapi ketidakpastian global yang makin kompleks. (ant/nsp)