- istimewa
Ekonomi Pancasila Terbukti Sukses Membangun Industri, Rachmat Gobel Paparkan Penerapan Ideologi Pancasila di Korporasi
Jakarta, tvonenews.com – Praktik ekonomi Pancasila ternyata tidak hanya diterapkan dalam pemerintahan. Pengusaha Rachmat Gober membuktikan bahwa ideologi Pancasila bisa menjadi kisah sukses saat diterapka dalam korporasi.
Hal itu disampaikan Gobel saat menjadi keynote speech pada acara diskusi dan bedah buku yang berjudul Praksis Pancasila; Penerapan Ideologi Pancasila di Perusahan Gobel. Acara itu digelar di Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN Syahid), Ciputat, Tangerang Selatan.
Diskusi itu menampilkan pembicara Dr Husni Tejasukmana (Dekan FST), Prof Dr Syopiansyah Jaya Putra (Rektor Institut Teknologi Indonesia), dan Prof Dr JM Muslimin (Kepala Program Pascasarjana UIN Syahid). Sedangkan pengantar buku disampaikan oleh penulis buku, Nasihin Masha.
Dalam paparannya, Anggota DPR RI dari Partai Nasdem, Rachmat Gobel, mengatakan, ada perbedaan yang nyata antara membangun pabrik dan membangun industri.
“Sama-sama ada bangunan dan ada pegawainya. Perbedaannya adalah pada pengembangan sumber daya manusianya. Itulah yang ada pada industri dan itulah yang menjadi ciri praktik ekonomi Pancasila di perusahaan,” kata Gobel, Selasa, (17/6/2025).
Gobel mengatakan, membangun pabrik hanya mementingkan untung-rugi. Jika rugi, katanya, akan ditutup, lalu investor akan memindahkan pabriknya ke negara lain yang lebih menguntungkan. Sedangkan membangun industri, katanya, harus membangun ekosistem, memikirkan keberlanjutan industri, dan yang paling penting adalah melakukan investasi di bidang sumber daya manusia.
“Nah, transfer teknologi itu kuncinya pada pembangunan sumberdaya manusia. Karena kuncinya ada pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Jadi, membangun industri juga bukan sekadar menyediakan lapangan kerja, tapi harus ada transfer teknologi,” katanya.
Sikap Terhadap Karyawan
Lebih lanjut Gobel menerangkan tentang perlakuan manajemen terhadap karyawannya. “Di perusahaan Gobel berlaku prinsip memanusiakan manusia, bukan mempekerjakan manusia. Semuanya menjadi satu kesatuan sebagai satu keluarga,” katanya.
Prinsip lainnya, katanya, ada doktrin yang menjadi keyakinan bahwa keuntungan itu dimulai oleh karyawan di level terbawah. “Dengan demikian ada kesetaraan antara direksi dan top management dengan pegawai terbawah. Karena jika sekadar cari untung, pimpinan perusahaan bisa utak-atik buku keuangan, tapi kemudian perusahaan menjadi runtuh. Dengan prinsip ini, serikat pekerja akan benar-benar mengawasi kinerja pimpinannya. Saya sebagai owner bisa dimarahi oleh presiden serikat pekerja,” kata generasi kedua perusahaan Gobel tersebut.