news

Daerah

Bola

Sport

Gaya Hidup

Video

Tvone

Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung menggandeng Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk menyalurkan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) ke salah satu toko ritel di Kota Bandung, Jawa Barat.
Sumber :
  • Antara

Toko Ritel Berguguran di Tengah Kota, Pengusaha Ungkap Biang Keroknya: Skala Kecil Kalah Saing dan Serbuan Online

Toko ritel di kota besar tutup satu per satu. Hippindo ungkap sebab: kalah skala, biaya tinggi, hingga tekanan dari pergeseran belanja ke platform online.
Rabu, 7 Mei 2025 - 10:27 WIB
Reporter:
Editor :

Jakarta, tvOnenews.com – Fenomena bergugurannya toko-toko ritel di kota-kota besar Indonesia makin nyata. Deretan gerai ritel modern tutup satu per satu, dari Giant hingga gerai-gerai Matahari dan bahkan Alfamart di sejumlah lokasi. 

Di balik fenomena ini, para pelaku industri menyebut ada dua biang kerok utama: kalah bersaing dalam skala bisnis dan gelombang digitalisasi yang tak bisa dibendung.

Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), Budihardjo Iduansjah, menjelaskan bahwa biaya operasional yang tinggi membuat toko-toko berskala kecil sulit bertahan.

“Kalau tokonya cuma sepuluh, jelas tidak bisa bersaing dengan yang punya ratusan. Biaya tetap sama, daya tawar beda,” ungkap Budihardjo saat ditemui di Jakarta, Selasa (6/5).

Tak hanya itu, pergeseran perilaku konsumen ke platform online turut menekan kinerja toko-toko fisik. Belanja kini dilakukan lewat sentuhan jari, bukan lagi kunjungan ke gerai. Meski begitu, ia menegaskan bahwa toko offline masih relevan, terutama untuk segmen-segmen tertentu, asalkan mampu beradaptasi secara digital.

Meski dihadapkan pada tantangan berat, Budihardjo tetap optimistis dengan prospek industri ritel nasional. Menurutnya, Indonesia memiliki pasar domestik besar dengan populasi 270 juta jiwa, yang menjadi kekuatan utama. Belum lagi potensi ekspor yang mulai terbuka luas, terutama untuk produk ritel lokal yang kreatif dan unik.

“Segmen personal care bisa tumbuh sampai 10 persen, terutama dari online. Sementara minimarket masih tumbuh 8 sampai 9 persen,” jelasnya.

Namun, kekhawatiran tetap ada. Potensi gelombang penutupan toko-toko ritel diperkirakan masih akan berlanjut tahun ini, terutama jika kondisi global seperti perang dagang AS-Tiongkok terus memicu tekanan ekonomi.

Untuk itu, pelaku ritel berharap ada keberpihakan konkret dari pemerintah. Mulai dari insentif fiskal, kemudahan izin usaha, hingga stimulus langsung seperti voucher belanja atau BLT dinilai penting untuk mengungkit kembali daya beli masyarakat.

“Jangan lagi ada kebijakan efisiensi anggaran. Ekonomi kita butuh gairah, bukan penghematan yang terlalu ketat,” tegas Budihardjo.

Fenomena tutupnya toko-toko besar bukan sekadar sinyal bahaya bagi sektor ritel, tapi juga cerminan perlunya penyesuaian model bisnis yang lebih adaptif dan digital. Jika tidak, ritel konvensional bisa semakin terdesak dan kehilangan tempat di tengah arus zaman. (ant/nsp)

Berita Terkait

Topik Terkait

Saksikan Juga

11:47
15:11
07:39
18:33
03:26
01:19

Viral