- Antara
IHSG Dibuka Menguat ke 6.925, Pasar Wait and See Suku Bunga The Fed
Jakarta, tvOnenews.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan Rabu (7/5/2025) dengan pergerakan positif namun cenderung variatif. Pasar masih diselimuti ketidakpastian, dengan fokus utama mengarah pada keputusan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed).
IHSG dibuka menguat 27,05 poin atau 0,39 persen ke level 6.925,25. Sementara itu, Indeks LQ45 naik 3,58 poin atau 0,46 persen ke posisi 778,34. Namun sentimen global yang campur aduk membuat pergerakan indeks berpotensi bergerak dalam rentang sempit.
“Hari ini IHSG diprediksi bergerak mixed dalam kisaran 6.800–6.920. Pelaku pasar cenderung wait and see menanti hasil keputusan FOMC,” ujar Ratih Mustikoningsih, Financial Expert Ajaib Sekuritas.
The Fed Jadi Sorotan Global
Pasar global menantikan hasil rapat FOMC (Federal Open Market Committee) yang berlangsung sejak Selasa (6/5) hingga Rabu waktu AS. Investor berharap kejelasan arah suku bunga acuan The Fed yang selama ini menjadi penentu utama arus modal di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Meski Jerome Powell selaku Ketua The Fed belum memberi sinyal kuat soal pemangkasan suku bunga, tekanan dari politisi terutama mantan Presiden AS Donald Trump semakin keras. Trump dalam berbagai kesempatan mendesak The Fed menurunkan suku bunga, sambil menyebut Powell sebagai "stiff" dan menilai kebijakan moneter saat ini terlalu ketat.
"The Fed harus mulai longgar, ekonomi butuh dorongan. Jerome Powell harus sadar, ini bukan soal politik, ini soal keberlangsungan ekonomi," ucap Trump di Florida.
Konflik dan Ketidakpastian Global Tekan Sentimen
Selain The Fed, pasar juga diguncang konflik geopolitik. India melakukan serangan militer ke wilayah Pakistan dalam Operasi Sindor yang merespons dugaan aksi terorisme lintas batas. Ketegangan ini menambah ketidakpastian kawasan Asia Selatan.
Dari Eropa, data penjualan mobil di Inggris anjlok 10,4 persen (yoy) pada April, akibat perubahan kebijakan pajak kendaraan listrik. Ini menunjukkan pelemahan permintaan ritel di tengah transisi energi yang belum stabil.
Sementara itu, di Swiss, Menteri Keuangan AS Scott Bessent dijadwalkan bertemu perwakilan China guna melanjutkan negosiasi tarif. Namun pernyataan Donald Trump sebelumnya yang enggan mencabut tarif secara permanen membuat pasar skeptis terhadap kemungkinan kesepakatan dalam waktu dekat.
Wall Street Melemah, Daya Beli Domestik Lemah
Pasar saham Wall Street ditutup melemah tajam pada perdagangan Selasa (6/5). Ketidakpastian arah suku bunga The Fed dan sikap ambigu Donald Trump terhadap kebijakan perdagangan membuat investor menarik diri dari aset berisiko. Dow Jones turun 389 poin, S&P 500 kehilangan 43 poin, dan Nasdaq ambles 154 poin.
Di dalam negeri, pelaku pasar juga mencermati pelemahan daya beli masyarakat. Data Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) dari Bank Indonesia menunjukkan hanya tumbuh 1,07 persen pada kuartal I-2025, turun dari 1,39 persen pada kuartal sebelumnya—indikasi bahwa konsumsi sektor properti masih lemah.
Bank Indonesia juga akan merilis data cadangan devisa April 2025 hari ini, yang diperkirakan masih stabil di kisaran setara enam bulan impor. Namun tanpa dukungan kuat dari sektor konsumsi dan properti, potensi kenaikan IHSG tetap terbatas.
IHSG Bergerak di Tengah Arus Tak Menentu
Dengan berbagai tekanan eksternal—dari arah suku bunga The Fed, desakan Donald Trump kepada Jerome Powell, konflik India-Pakistan, hingga lesunya ekonomi Eropa—pasar domestik Indonesia harus tetap waspada. Sikap wait and see menjadi pilihan investor di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi.
Jika The Fed menahan suku bunga dan sinyal pelonggaran mulai menguat, IHSG bisa mendapat sentimen positif. Namun jika sebaliknya, volatilitas akan kembali meningkat. (ant/nsp)