- tvOnenews.com/Wildan Mustofa
Risiko Resesi AS Naik ke 50%, Inflasi Melonjak Imbas Kebijakan Tarif Trump
Jakarta, tvOnenews.com – Kebijakan tarif yang agresif dari pemerintah AS diperkirakan akan memicu perlambatan signifikan dalam perekonomian AS tahun ini dan tahun depan. Berdasarkan jajak pendapat Reuters, probabilitas median resesi dalam 12 bulan ke depan mendekati 50%.
Meskipun Presiden Donald Trump telah mengumumkan jeda 90 hari atas tarif timbal balik terhadap mitra dagang, hal ini belum mampu mengangkat prospek ekonomi AS. Perang dagang yang semakin memanas dengan mitra dagang utama, China, terus menekan sentimen bisnis.
Sebagian besar ekonom—seperti konsumen AS dalam beberapa bulan terakhir—telah menaikkan ekspektasi inflasi dan memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi.
Proyeksi Inflasi dan Resesi Meningkat
-
Dalam survei Reuters 14–17 April, ekspektasi inflasi median melonjak dibanding bulan lalu.
-
Hal ini berpotensi membatasi ruang gerak The Fed untuk melakukan lebih dari dua kali pemangkasan suku bunga hingga akhir tahun.
-
Probabilitas resesi dalam setahun naik menjadi 45% (tertinggi sejak Desember 2023), dari 25% bulan sebelumnya.
"Sentimen saat ini sangat lemah. Konsumen sangat berhati-hati dalam belanja karena harga, pekerjaan, dan kekayaan semua bergerak negatif terhadap mereka. Ini kombinasi yang beracun bagi pertumbuhan konsumsi," ujar James Knightley, Kepala Ekonom Internasional ING.
Ketidakpastian mengenai kebijakan tarif juga membuat pelaku usaha enggan berinvestasi di dalam negeri. Semua dari 45 ekonom yang menjawab pertanyaan tambahan menyatakan bahwa tarif berdampak negatif terhadap sentimen bisnis—hampir separuh menyebut dampaknya "sangat negatif".
Outlook Pertumbuhan Anjlok
-
Awal 2025 sempat diwarnai dengan pertumbuhan kuat, belanja konsumen, dan peningkatan perekrutan.
-
Namun, proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2025 kini hanya 1,4%, turun tajam dari 2,2% bulan lalu.
-
Sebanyak 46 dari 50 ekonom menurunkan proyeksi mereka rata-rata 80 basis poin hanya dalam sebulan—penurunan tercepat sejak Juli 2022.
-
Untuk tahun 2026, proyeksi pertumbuhan ekonomi dipangkas menjadi 1,5%, dari sebelumnya 2,0% dalam survei Maret.
"Ketidakpastian akibat tarif telah menciptakan kerusakan permanen. Ini berisiko mengurangi pertumbuhan, menaikkan inflasi, dan memperbesar risiko ekstrem," kata James Egelhof, Kepala Ekonom AS di BNP Paribas.
Kekhawatiran serupa juga menekan kepercayaan terhadap aset-aset AS, termasuk status safe haven dari Treasury dan dolar AS.
Ekspektasi Inflasi Meningkat Tajam
-
Para ekonom menaikkan proyeksi seluruh ukuran inflasi: harga konsumen (CPI), core CPI, pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), dan core PCE.
-
Seluruh indikator tersebut diperkirakan tetap di atas target 2% The Fed hingga setidaknya 2027.
-
Revisi proyeksi CPI tahun ini rata-rata naik 60 basis poin, perubahan bulanan terbesar sejak Maret 2023.
Ketua The Fed Jerome Powell pada Rabu memperingatkan bahwa kebijakan tarif Trump dapat menjauhkan inflasi dan lapangan kerja dari sasaran bank sentral. Ia menegaskan bahwa The Fed akan bersabar hingga ada kejelasan lebih lanjut.
Prospek Suku Bunga dan Pengangguran
-
62 dari 101 ekonom memprediksi The Fed akan menahan suku bunga acuan di kisaran 4,25%-4,50% hingga setidaknya Juli.
-
Sekitar dua pertiga ekonom memperkirakan suku bunga akhir 2025 berada di level 3,75%-4,00% atau lebih tinggi.
-
35 ekonom mengantisipasi akan ada tiga kali atau lebih pemangkasan suku bunga tahun ini.
Menurut Kevin Khang, Ekonom Senior di Vanguard: "Tarif yang menyebar luas menjadikan tekanan harga naik sebagai skenario yang sangat mungkin. Karena itu, kami yakin stabilitas harga akan sedikit lebih diprioritaskan dibandingkan lapangan kerja."
Proyeksi pengangguran tidak mengalami banyak perubahan dibanding revisi besar pada pertumbuhan dan inflasi. Tingkat pengangguran saat ini 4,2%, dan diperkirakan rata-rata 4,4% tahun ini serta 4,6% tahun depan. (reu/nsp)