- istimewa
Dolar Anjlok, Yield Obligasi AS Naik: Gejolak Baru Pasca Perang Dagang Meletus
Jakarta, tvOnenews.com – Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok terus mengguncang pasar keuangan global. Yield obligasi AS tenor 10 tahun mencatatkan kenaikan mingguan terbesar sejak 2001, sementara harga emas menembus rekor tertinggi sepanjang masa.
Pasar global mengalami gejolak besar pasca Presiden AS Donald Trump menaikkan tarif impor barang Tiongkok, yang langsung dibalas Beijing dengan tarif hingga 125 persen.
Yield Treasury Naik Tajam, Tanda Investor Jual Aset AS?
Pada Jumat (11/4/2025), imbal hasil (yield) obligasi AS 10 tahun naik 8,6 basis poin ke level 4,478% dan sempat menyentuh 4,592%, tertinggi sejak Februari lalu. Kenaikan ini terjadi di tengah kekhawatiran bahwa Tiongkok mungkin melepas sebagian besar kepemilikan obligasi AS sebagai respons atas kebijakan tarif Trump.
"Trump terus mendominasi pasar dengan keputusan tarifnya. Pasar akan terus dihantui spekulasi dan manuver negosiasi," ujar Tim Ghriskey, analis dari Ingalls & Snyder, New York.
Harga Emas Sentuh Rekor: $3.243 per Ons
Harga emas dunia melesat 2% ke level $3.236,67 per ons dan sempat menyentuh rekor tertinggi baru di $3.243,82. Lonjakan ini mencerminkan tingginya permintaan aset safe haven di tengah ketidakpastian global.
"Ketegangan geopolitik dan sinyal pelemahan dolar AS mendorong pelarian investor ke emas," tulis analis Reuters.
Pasar Saham AS Menguat, Didukung Laporan Kinerja Bank
Meskipun ada tekanan dari perang dagang, indeks saham utama AS justru menguat tajam:
-
Dow Jones naik 1,56% ke 40.212,71
-
S&P 500 naik 1,81% ke 5.363,36
-
Nasdaq melesat 2,06% ke 16.724,46 (kenaikan mingguan terbaik sejak Nov 2022)
Penguatan ini didorong oleh hasil laporan keuangan kuartal pertama dari bank-bank besar seperti JPMorgan, Morgan Stanley, dan Wells Fargo, yang sebagian besar berhasil melampaui ekspektasi pasar.
Dolar Melemah Tajam, Franc Swiss dan Euro Menguat
Dolar AS turun tajam hingga 0,9% terhadap franc Swiss, menembus titik terendah sejak 2015, serta mencetak penurunan mingguan terbesar sejak November 2022. Dolar juga jatuh ke level terendah tiga tahun terhadap euro.
Sementara itu, yield obligasi Jerman sebagai acuan zona euro justru turun 5 basis poin ke level 2,53%, menandakan minat investor terhadap aset Eropa meningkat.