news

Daerah

Bola

Sport

Gaya Hidup

Video

Tvone

Pelaku UMKM..
Sumber :
  • Tim tvOne/Daud Sitohang

Melihat Kemungkinan Indonesia Jadi Peralihan Ekspor dari Negara Terdampak Tarif Baru Trump, Pantaskah UMKM Was-was?

Indonesia mungkin menjadi pilihan, tetapi bukan yang utama.
Minggu, 6 April 2025 - 15:20 WIB
Reporter:
Editor :

Jakarta, tvOnenews.com - Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Prof Telisa Aulia Falianty menyoroti potensi terjadinya trade diversion dari negara-negara eksportir.

Hal itu menyusul Presiden AS Donald Trump yang menerapkan kenaikan tarif masuk untuk barang-barang yang masuk ke negara tersebut.

Telisa menyebut substitusi pasar ekspor dari AS biasanya diarahkan ke negara maju seperti Jepang, Korea Selatan, atau Uni Eropa. Indonesia mungkin menjadi pilihan, tetapi bukan yang utama.

Dalam konteks ini, lanjutnya, Pemerintah diminta mengantisipasi kemungkinan masuknya barang impor dalam jumlah besar, sekaligus memperkuat instrumen pengamanan pasar domestik tanpa menciptakan hambatan yang bisa dianggap diskriminatif secara internasional.

Sebagai anggota ASEAN, BRICS, dan G20, Indonesia disebut perlu memaksimalkan jalur diplomasi multilateral untuk merespons dinamika global. Meski Presiden Donald Trump cenderung mendorong kesepakatan bilateral, langkah kolektif di tingkat kawasan tetap penting untuk menciptakan posisi tawar yang lebih kuat.

"Multilateral diplomacy harus tetap berjalan. Tapi di saat yang sama, pemerintah perlu menyiapkan kebijakan sektoral untuk meningkatkan daya saing industri nasional," kata Telisa.

Sektor-sektor seperti minyak sawit dan tekstil, yang masih memiliki permintaan tinggi di pasar AS, dinilai bisa menjadi jembatan untuk menjaga komunikasi dagang tetap terbuka.

Selain itu, keputusan pemerintah AS memberlakukan tarif impor sebesar 32 persen terhadap produk Indonesia, kata Telisa dipicu oleh dua hal utama yakni tuduhan manipulasi kurs (currency manipulation) serta penerapan hambatan non-tarif (non-tariff barriers) oleh pemerintah Indonesia.

"Jika ingin menurunkan tarif masuk ke AS, maka kita harus menunjukkan upaya untuk menyederhanakan hambatan non-tarif dan membuktikan tidak ada manipulasi kurs," ucap Telisa.

(vsf)

Berita Terkait

Topik Terkait

Saksikan Juga

16:39
05:06
00:56
02:33
00:57
00:57

Viral