- ANTARA
Shell Lepas Aset ke Chandra Asri, Saham Turun Tipis! Strategi Baru atau Sinyal Bahaya?
Jakarta, tvOnenews.com - Shell resmi melepas aset strategisnya di Singapura ke PT Chandra Asri Pacific Tbk (Chandra Asri Group) dan raksasa komoditas Glencore. Transaksi ini mencakup akuisisi Shell Energy and Chemicals Park (SECP), yang kini berubah nama menjadi Aster Energy and Chemicals Park.
Langkah ini disebut-sebut sebagai strategi Shell untuk mengoptimalkan portofolio bisnisnya. Namun, bagaimana dampaknya terhadap nilai saham perusahaan energi global ini?
Pasca transaksi ini diumumkan, saham Shell Plc (SHEL) tercatat mengalami sedikit koreksi, turun sebesar 0,27% menjadi $73,05 per lembar saham.
Meski penurunan ini tidak signifikan, pergerakan harga saham selalu menjadi indikator penting bagi investor untuk membaca arah kebijakan perusahaan.
Sejumlah analis menilai bahwa pelepasan aset ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang Shell untuk lebih fokus pada bisnis yang memiliki profitabilitas lebih tinggi.
Namun, ada pula kekhawatiran bahwa langkah ini justru menandakan penyesuaian besar-besaran yang bisa berdampak pada stabilitas perusahaan dalam jangka panjang.
Chandra Asri dan Glencore Makin Agresif di Pasar Energi
Bagi Chandra Asri Group, akuisisi ini menjadi batu loncatan besar dalam memperluas cakupan bisnisnya di sektor energi dan petrokimia.
Dengan fasilitas pemrosesan minyak mentah sebesar 237.000 barel per hari dan Ethylene Cracker berkapasitas 1,1 juta metrik ton per tahun di Pulau Bukom, akuisisi ini akan mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor petrokimia dan memperkuat ketahanan energi nasional.
CEO Chandra Asri Group, Erwin Ciputra, menegaskan bahwa akuisisi ini bukan hanya soal ekspansi bisnis, tetapi juga langkah strategis untuk mendukung industri kimia nasional dan stabilitas ekonomi Indonesia.
“Kami ingin memastikan ketersediaan sumber daya vital bagi negara serta berkontribusi pada daya saing global Indonesia,” ujar Erwin.
Peran Prajogo Pangestu dalam Ekspansi Chandra Asri
Ekspansi agresif Chandra Asri ini tak lepas dari peran besar pemegang saham utamanya, Prajogo Pangestu. Taipan energi dan petrokimia ini, melalui perusahaannya Barito Pacific, telah lama menjadi penggerak utama industri petrokimia nasional.
Kepemilikan mayoritasnya di Chandra Asri memberikan dorongan kuat bagi perusahaan untuk terus memperluas jangkauan bisnisnya, termasuk melalui akuisisi Aster Energy and Chemicals Park ini.
Prajogo dikenal dengan strategi bisnisnya yang visioner dan agresif dalam memperluas ekosistem industri petrokimia di Indonesia. Dengan akuisisi ini, ia semakin memperkokoh posisi Chandra Asri sebagai pemain utama dalam rantai pasok petrokimia regional dan global. Langkah ini juga menunjukkan bagaimana konglomerasi nasional mampu bersaing di tingkat internasional.
Shell Fokus ke Bisnis Bernilai Tinggi?
Shell sendiri tampaknya terus merampingkan bisnisnya dengan melepas aset yang dianggap kurang strategis. Sejumlah analis melihat langkah ini sebagai bagian dari upaya perusahaan untuk mengalihkan fokus ke bisnis dengan margin keuntungan lebih tinggi, termasuk investasi pada energi terbarukan dan dekarbonisasi.
Namun, tak sedikit pula yang menganggap penjualan ini sebagai sinyal bahwa Shell tengah berusaha mengurangi risiko di tengah volatilitas industri minyak dan gas global.
Dengan kondisi geopolitik yang tidak menentu dan transisi energi yang semakin cepat, perusahaan energi global seperti Shell harus lebih cermat dalam mengelola asetnya.
Dampak bagi Investor dan Pasar Global
Meski saham Shell mengalami sedikit penurunan, investor masih melihat perusahaan ini sebagai pemain besar di industri energi global. Penjualan aset ini bisa menjadi peluang bagi Shell untuk mengalokasikan modalnya ke proyek-proyek dengan return lebih tinggi. Namun, jika pelepasan aset terus berlanjut, pasar mungkin mulai mempertanyakan arah bisnis perusahaan ke depan.
Di sisi lain, bagi Chandra Asri dan Glencore, ini adalah kesempatan besar untuk mengukuhkan posisi mereka di industri energi dan petrokimia regional.
Dengan meningkatnya permintaan terhadap produk kimia dan petrokimia, ekspansi ini bisa memberikan keuntungan besar bagi kedua perusahaan dalam jangka panjang. (nsp)