- ANTARA
IHSG Berusaha Rebound, Analis: Fundamental Ekonomi Domestik Jadi Kunci
Jakarta, tvOnenews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tengah berusaha bangkit di tengah tekanan ekonomi global yang semakin meningkat.
Menurut Analis sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardana, penguatan IHSG (rebound) sangat bergantung pada fundamental ekonomi domestik yang kuat serta kepastian arah kebijakan moneter global, khususnya dari bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed).
“Jika faktor-faktor domestik, seperti pertumbuhan ekonomi yang stabil, inflasi yang terkendali, serta kebijakan fiskal yang akomodatif, dapat berjalan dengan baik, maka IHSG memiliki peluang lebih besar untuk mengalami pemulihan yang berkelanjutan,” ujar Hendra kepada ANTARA, Rabu (5/3).
Pergerakan IHSG dan Sentimen Pasar
Pada perdagangan hari ini, Rabu (5/3), IHSG diproyeksikan bergerak dalam kisaran 6.270 hingga 6.440 dengan potensi penguatan terbatas di area resistance 6.440.
“Ini bisa menjadi kesempatan bagi investor untuk mencermati saham-saham berfundamental kuat yang masih undervalued. Dengan strategi yang tepat, investor masih dapat menemukan peluang di tengah volatilitas pasar yang tinggi,” kata Hendra.
Selain faktor fundamental dalam negeri, pasar saham Indonesia juga dipengaruhi oleh perkembangan global. Beberapa faktor eksternal yang saat ini menekan pasar keuangan global adalah perang dagang antara AS dan China, kebijakan tarif impor baru dari Presiden AS Donald Trump, serta perlambatan ekspansi sektor manufaktur AS.
Dampak Kebijakan Tarif AS terhadap Pasar Global
Pada Selasa (4/3), Presiden AS Donald Trump resmi memberlakukan tarif impor sebesar 25 persen untuk Kanada dan Meksiko, serta menaikkan tarif barang-barang China dari 10 persen menjadi 20 persen. Keputusan ini memicu reaksi keras dari negara mitra dagang AS.
Kanada dan Meksiko mengancam akan menerapkan langkah balasan terhadap kebijakan tarif AS, sementara China dilaporkan sedang mempersiapkan tindakan serupa dengan menargetkan ekspor pertanian AS. Langkah-langkah ini meningkatkan ketegangan perdagangan global dan memicu kekhawatiran di kalangan investor.
“Kebijakan ini jelas meningkatkan ketidakpastian pasar. Jika eskalasi perang dagang terus berlanjut tanpa adanya solusi konkret, hal ini bisa memperburuk sentimen pasar global, termasuk IHSG,” jelas Hendra.
Dampak Terhadap Bursa Saham Global
Bursa saham di berbagai negara juga mengalami pelemahan akibat sentimen negatif dari kebijakan tarif impor AS:
-
Indeks STOXX 600 Eropa turun 2,14 persen ke 551,07.
-
Indeks DAX Jerman jatuh 3,54 persen ke 22.326,81.
-
Indeks FTSE 100 Inggris melemah 1,27 persen ke 8.759,00.
-
Indeks CAC 40 Prancis turun 1,85 persen ke 8.047,92.
-
Di AS, Dow Jones turun 1,55 persen ke 42.520,99, S&P 500 turun 1,22 persen ke 5.778,15, dan Nasdaq Composite melemah 0,35 persen ke 18.285,16.
Di kawasan Asia, pergerakan indeks lebih beragam:
-
Nikkei Jepang naik 0,25 persen ke 37.423,23.
-
Shanghai Composite melemah 0,14 persen ke 3.319,72.
-
Kuala Lumpur Composite menguat 0,71 persen ke 1.566,63.
-
Straits Times Singapura naik 0,10 persen ke 3.894,76.
Langkah OJK untuk Menstabilkan Pasar
Di dalam negeri, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengambil langkah-langkah untuk menjaga stabilitas pasar saham, salah satunya dengan memberikan kemudahan bagi emiten dalam melakukan buyback saham tanpa perlu persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Selain itu, OJK juga menunda penerapan perdagangan short selling untuk mengurangi tekanan jual di pasar.
“Kebijakan ini bertujuan untuk menenangkan psikologis investor agar tidak panik menghadapi volatilitas pasar yang tinggi. Namun, efektivitasnya masih akan diuji oleh sentimen eksternal yang saat ini lebih dominan,” tambah Hendra.
Dengan ketidakpastian global yang masih tinggi, investor diharapkan tetap waspada dan selektif dalam memilih instrumen investasi. Fundamental ekonomi domestik yang kuat akan menjadi faktor utama dalam mendukung stabilitas IHSG di tengah gejolak pasar global. (ant/nsp)