news

Daerah

Bola

Sport

Gaya Hidup

Video

Tvone

PT Pertamina (Persero).
Sumber :
  • Tim tvOne

Pendapatan Pertamina Turun Jadi Rp1.246 Triliun, Harga Minyak Dunia Jadi Faktor: Segini Laba Bersihnya dalam 3 Tahun

Pertamina memperoleh pendapatan sebesar 75,8 miliar dolar AS atau sekitar Rp1.246 triliun pada tahun 2023, dengan laba bersih mencapai 4,4 miliar dolar AS.
Kamis, 20 Februari 2025 - 19:21 WIB
Reporter:
Editor :

Jakarta, tvOnenews.com - PT Pertamina (Persero) mencatat pendapatan sebesar 75,8 miliar dolar AS atau sekitar Rp1.246 triliun pada 2023, dengan asumsi kurs Rp16.438,78 per dolar.

Angka ini menunjukkan performa keuangan yang tetap solid meskipun mengalami sedikit penurunan dari tahun sebelumnya.

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Wakil Direktur Utama Pertamina Wiko Migantoro dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi XII DPR RI di Kompleks Senayan, Jakarta, Kamis (20/2/2025).

"Revenue (2023), sesuai dengan data yang kami miliki pada akhir tahun 2024, 75 miliar dolar AS dan capex yang kami keluarkan 7 miliar dolar AS," kata Wiko.

Wiko menjelaskan bahwa dalam tiga tahun terakhir, pendapatan Pertamina mengalami pertumbuhan sebesar 15%. Pada 2021, pendapatan tercatat sebesar 57,5 miliar dolar AS, melonjak menjadi 84,9 miliar dolar AS pada 2022, kemudian turun ke 75,8 miliar dolar AS di 2023.

Menurutnya, lonjakan pendapatan pada 2022 terjadi akibat kenaikan harga minyak dunia yang cukup signifikan.

"Banyak faktor yang menyebabkan (revenue tertinggi), terutama karena harga minyak pada saat itu 97 dolar AS per barel," jelasnya.

Selain pendapatan, Wiko juga mengungkapkan pencapaian keuangan lain, termasuk EBITDA yang mengalami peningkatan pesat.

EBITDA Pertamina naik dari 9,3 miliar dolar AS pada 2021 menjadi 13,6 miliar dolar AS di 2022, lalu kembali naik ke 14,4 miliar dolar AS di 2023.

Sebagai  informasi, EBITDA adalah laba operasional sebelum dikurangi biaya bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi.

Sementara itu, laba bersih perusahaan juga terus meningkat dari 2,1 miliar dolar AS pada 2021, naik menjadi 3,8 miliar dolar AS di 2022, dan kembali bertambah menjadi 4,4 miliar dolar AS pada 2023.

Menurut Wiko, pencapaian positif ini mencerminkan keberhasilan restrukturisasi perusahaan yang membuat Pertamina lebih fleksibel dalam mengembangkan bisnis baru.

"Juga berdampak positif (berupa) efisiensi di kegiatan sinergi antar-subholding, bahkan di internal subholding tersebut juga dilakukan efisiensi," tambahnya.

Dengan kinerja seperti itu, Pertamina seharusnya menunjukkan daya saingnya di industri energi dan wajib terus memperkuat efisiensi guna menghadapi tantangan ekonomi global. (rpi)

Berita Terkait

Topik Terkait

Saksikan Juga

11:47
15:11
07:39
18:33
03:26
01:19

Viral