news

Daerah

Bola

Sport

Gaya Hidup

Video

Tvone

Rektor Universitas Brawijaya Prof. Widodo S.Si., M.Si., PH.D., dalam Alumni Business Forum: Indonesia Business, Economic, Social And Technology Trends Outlook (BEST) Outlook 2025 di Jakarta, Jumat (29/11/2024)..
Sumber :
  • Dok. Universitas Brawijaya

Indonesia Business, Economic, Social And Technology Trends Outlook (BEST) Outlook 2025: Kunci Menuju Indonesia Emas 2045

Alumni Business Forum Universitas Brawijaya menyebut BEST Outlook 2025 menjadi basis data strategis untuk pemerintah, dunia usaha dan Masyarakat dalam mendorong pertumbuhan inklusif dan mengoptimalkan potensi ekonomi digital.
Sabtu, 30 November 2024 - 12:57 WIB
Reporter:
Editor :

Jakarta, tvOnenews.com - Indonesia saat ini berada di persimpangan jalan penting dalam mewujudkan visi besar "Indonesia Emas 2045." Pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto & Gibran Rakabuming Raka, memiliki target ambisius untuk mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 8% per tahun. 

Namun, tantangan besar menghadang. Realitas menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 hanya mencapai 5,05%, jauh dari target tersebut. Ketimpangan ekonomi antar wilayah masih signifikan, terutama antara Jawa dan luar Jawa. Daya saing Indonesia juga tertinggal dibandingkan negara tetangga seperti Singapura dan Thailand, mencerminkan kebutuhan mendesak untuk transformasi ekonomi. 

Tantangan ini semakin kompleks dengan berbagai masalah struktural yang menghambat pertumbuhan. Deindustrialisasi dini menjadi salah satu isu utama yang dihadapi Indonesia. Sejak 2011, kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB terus menurun, melemahkan potensi pertumbuhan ekonomi. Empat provinsi industri utama, yakni Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Banten mengalami perlambatan sejak awal 2024.

Studi Universitas Brawijaya di Jawa Timur mengidentifikasi empat tantangan utama, yakni biaya tenaga kerja yang tinggi, mahalnya bahan baku, sulitnya akses bahan penolong, dan kebijakan perpajakan yang kurang mendukung. Tanpa solusi, deindustrialisasi ini dapat semakin memperburuk kondisi ekonomi nasional.

“Salah satu hal yang tadi digaris bawahi adalah Deindustrialisasi. Padahal nilai konsumsi kita mestinya semakin naik, dan ini menjadi PR besar. Kenapa ini bisa terjadi adalah bahan baku dan juga competitiveness dari teknologi yang ada. Dan kita di Universitas memiliki teknologi-teknologi baru, dan juga SDM yang unggul, dan riset energy nya juga kan ada di universitas," kata Rektor Universitas Brawijaya, Prof. Widodo S.Si., M.Si., PH.D., dalam Alumni Business Forum di Jakarta, Jumat (29/11/2024).

Ketua Umum IKA Universitas Brawijaya (UB) Mohammad Zainal Fatah di acara Alumni Business Forum and Economy Outlook di Jakarta, Jumat (29/11/2024).
Sumber :
  • Dok. Universitas Brawijaya

 

Perlambatan konsumsi rumah tangga dan investasi juga menambah tekanan. Konsumsi rumah tangga, sebagai pendorong utama ekonomi, menunjukkan perlambatan yang mengkhawatirkan. Di sisi lain, investasi pun lesu, menambah beban ekonomi. Pemerintah berupaya mempertahankan pertumbuhan melalui pengeluaran publik, yang meningkat sejak 2018, terutama dalam merespons pandemi COVID-19 dan persiapan pemilu.

Berita Terkait

1
2 3 Selanjutnya

Topik Terkait

Saksikan Juga

16:39
05:06
00:56
02:33
00:57
00:57

Viral