- Boeing
Menerka Nasib Pekerja Boeing Usai Keluarnya Warning PHK di Tengah Aksi Mogok Kerja
Jakarta, tvOnenews.com - Menilik rencana pemecatan 17 ribu pekerja Boeing di tengah aksi mogok kerja massal Chariman & Managing Great Hill Capital Thomas J Hayes menyebut hal itu memberi tekanan kepada pekerja.
Dimana, pekerja Boeing akan dihadapi hanya pada satu pilihan, yaitu harus kembali bekerja. Bila tidak, mereka akan menjadi satu diantara 17 ribu pekerja itu.
"PHK dapat memberikan tekanan pada karyawan untuk mengakhiri pemogokan," kata dia, dikutip dari Reuters, Minggu (13/10/2024).
Diketahui, tvOnenews sebelumnya memberitakan, Boeing, produsen pesawat asal Amerika Serikat (AS), menyatakan akan melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK massal terhadap 17 ribu pekerjanya. Jumlah itu setara 10 persen dari total pekerja.
Belum ada keterangan pasti dari Boeing terkait PHK massal itu. Namun, pemberitahuan itu sudah tersampaikan kepada pekerjanya.
Adapun, pengumuman PHK itu keluar di tengan aksi mogok kerja dari 30 ribu pekerja Boeing. Sebanyak 30 ribu pekerja mogok kerja sebagai sarana aspirasi tuntutan untuk adanya penyesuaian upah.
Hingga saat ini, aksi mogok kerja tersebut dikabarkan masih terjadi karena pihak Boeing masih enggan mengabulkan keinginan pekerja. Di sisi lain, sumber penghasilan utama Boeing menjadi stagnan karena pekerja yang tidak bekerja. Dan kemudian di tengah aksi mogok kerja itu, keluarlah pengumuman PHK itu.
Boeing juga memberikan laporan awal tentang hasil keuangan kuartal ketiganya, kuartal yang sama saat pekerjanya mogok kerja, sebagai landasan berlakuknya kebijakan PHK. Perusahaan mencatatkan rugi mencapai US$ 1,3 miliar atau sekitar Rp 20 triliun, dengan rugi per saham mencapai US$ 9,97.
Kembali kata Hayes, pilihan tunggal pekerja untuk menghentikan mogok kerja jelas karena alasan ketidakinginan untuk menganggur.
"Pekerja yang mogok kerja dan tidak memiliki gaji untuk sementara waktu tidak ingin menjadi pekerja yang menganggur dan tidak memiliki gaji secara permanen," kata Hayes.
Dia bahkan menilai, pemogokan akan selesai dalam waktu seminggu saja.
"Saya memperkirakan pemogokan akan selesai dalam waktu seminggu karena para pekerja ini tidak ingin menjadi bagian dari gelombang pemutusan hubungan kerja berikutnya yang melibatkan 17.000 orang." jelas dia. (vsf)