Presiden Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) Arie Gumilar bantah soal harga avtur disebut paling mahal..
Sumber :
  • Istimewa

Pertamina Bantah soal Harga Avtur Indonesia Termahal, FSPPB Sebut Faktor Lain Penyebab Mahalnya Harga Tiket Pesawat

Jumat, 20 September 2024 - 15:28 WIB

Jakarta, tvOnenews.com - Diskusi publik mengenai mahalnya harga avtur di Indonesia masih menuai pro dan kontra.

Banyak pihak yang mengaitkan tingginya harga tiket pesawat dengan mahalnya harga avtur di Indonesia.

Termasuk CEO Capital A Berhad (induk maskapai penerbangan AirAsia), Tony Fernandes, yang beberapa waktu lalu mengungkap bahwa harga bahan bakar Avtur di Indonesia jadi yang termahal di ASEAN.

Merespons hal tersebut, Pertamina melalui Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari, segera memberikan klarifikasi. Pihak Pertamina menolak tudingan tersebut dan menegaskan bahwa harga avtur di Indonesia masih kompetitif. 

"Harga publikasi Avtur di Indonesia bisa dikatakan cukup kompetitif. Nilai kompetitif harga publikasi avtur milik Pertamina juga setara dan lebih rendah bila dibandingkan dengan harga publikasi per liter di negara yang memiliki kemiripan lanskap geografis," jelas Heppy pada Minggu, 8 September 2024.

Terbaru, mendukung pernyataan tersebut, Presiden Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) Arie Gumilar juga membantah asumsi yang menyebut bahwa harga avtur dari Pertamina menjadi penyebab utama tingginya harga tiket pesawat.

Saat ditemui di Kantor Sekretariat FSPPB usai menandatangani MOU dengan ISC Lemhanas, Arie menegaskan bahwa ada upaya global untuk masuk ke pasar Indonesia, yang menyebabkan isu harga avtur terus diangkat kembali. 

"Soal harga avtur, kita melihat ada suatu upaya dari kepentingan global yang berupaya masuk ke pasar Indonesia. Sehingga isu avtur ini selalu menjadi isu yang direcycle terus," ujar  Arie saat menjawab pertanyaan media, Jumat (20/9/2024).

Arie menambahkan, harga avtur bukan satu-satunya faktor yang membuat harga tiket pesawat tinggi. Menurutnya, banyak komponen lain, seperti pajak, yang berkontribusi dalam meningkatkan biaya penerbangan.

Arie juga menjelaskan bahwa kondisi geografis Indonesia dan jalur distribusi yang kompleks turut menambah biaya avtur. Hal ini berbeda dengan negara seperti Singapura, yang hanya perlu menggunakan jalur pipa untuk distribusi avturnya. 

Sedangkan di Indonesia, distribusi harus menggunakan berbagai moda transportasi, mulai dari pipa, truk tangki, kapal tanker, hingga pesawat terbang. Kondisi ini jelas membuat biaya distribusi menjadi lebih mahal.

Selain itu, Arie juga menyoroti kebijakan Holdingisasi Pertamina, yang menurutnya justru menghambat efisiensi dalam distribusi avtur dan BBM. Akibat kebijakan ini, pajak yang dikenakan semakin bertambah sehingga membuat biaya operasional semakin tinggi.

"Di Indonesia ini komponen pajaknya berlipat ganda, berbeda dengan di Singapura. Kalau misalkan dikatakan di Singapura lebih murah, iya, di sana lebih murah karena tidak ada pajak, dan avturnya disalurkan melalui pipa, jadi harga avturnya pasti lebih murah," ungkap Arie.

"Kalau di Indonesia distribusinya harus pakai kapal, bahkan pesawat terbang. Kan Pertamina harus meng-cover biaya distribusinya sampai ke DPPU-DPPU di pelosok-pelosok," tambahnya.

Ia lalu menjelaskan, adanya Holding Subholding di Pertamina menambah beban pajak. Sebelumnya, biaya transportasi hanya ditanggung oleh Pertamina, namun sekarang harus menggunakan kapal milik PIS, yang merupakan entitas hukum berbeda dan menyebabkan adanya pajak tambahan.

"Belum lagi ketika ada Holding Subholding, dulu biaya transportasi itu sudah pakai biaya Pertamina saja. Sekarang sudah harus pakai kapal PIS, perusahaan yang memiliki entitas hukum yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya penambahan pajak juga. Artinya dengan penambahan komponen pajak. Itulah alasannya dulu menolak holding-subholdingnya Pertamina," tutup Arie.

Klaim dan klarifikasi dari pihak Pertamina dan FSPPB menegaskan itu bahwa harga avtur bukan satu-satunya penyebab mahalnya tiket pesawat.

Namun, hal ini tentu menimbulkan pertanyaan lebih lanjut tentang bagaimana kebijakan distribusi dan perpajakan bisa diperbaiki agar industri penerbangan lebih efisien dan terjangkau.

Menko Luhut Bertemu CEO AirAsia Bahas Avtur

Belum lama ini, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) Luhut Binsar Pandjaitan bertemu dengan Tony Fernandes di sela Bali International Airshow 2024.

Keduanya bertemu untuk membahas keterangan Tony soal bahan bakar pesawat atau avtur Indonesia yang termahal di Asia Tenggara.

“Tadi sudah kami bicarakan dengan AirAsia, saya bicara dengan Tony Fernandes, saya lihat struktur harga bahan bakarnya,” kata Luhut dikutip dari Antara.

Meski begitu, Luhut merespons positif dengan hendak mempelajari dan meniru negara tetangga.

“Singapura saja bisa lebih murah dari kita, pasti ada high cost tersembunyi yang harus kita selesaikan,” ujarnya.

Selain itu, Menkomarves menyebut rute pesawat terbang Indonesia di bawah standar normal, sehingga ia mengutus Menteri Perhubungan menggunakan perangkat lunak milik Boeing untuk mencari tahu kelemahan Indonesia. (amr/rpi)

 

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
04:05
03:21
01:02
02:18
02:08
06:37
Viral