Era Bunga Tinggi Bakal Berlanjut, Ekonom Perkirakan BI Akan Tunggu Suku Bunga di Amerika Serikat Turun Sebelum Pangkas BI-Rate.
Sumber :
  • Antara Foto

Era Bunga Tinggi Bakal Berlanjut, Ekonom Perkirakan BI Akan Tunggu Suku Bunga di Amerika Serikat Turun Sebelum Pangkas BI-Rate

Rabu, 22 Mei 2024 - 20:38 WIB

Jakarta, tvOnenews.com - Era suku bunga tinggi diperkirakan masih akan berlanjut dalam beberapa bulan ke depan. Setelah menaikkan BI-Rate ke level 6,25 persen bulan April 2024 lalu, Bank Indonesia masih belum memberi sinyal akan segera melakukan pelonggaran kebijakan dengan menunurunkan suku bunga acuan

Chief Economist Citi Indonesia Helmi Arman memproyeksikan penurunan suku bunga Bank Indonesia atau BI-Rate akan berjalan lebih lambat dibandingkan dengan penurunan suku bunga The Fed atau Fed Funds Rate (FFR). Di Merika Serika sendiri, penurunan suku bunga paling cepat diprediksi baru di September 2024.

"Alasan mengapa kami berekspektasi bahwa penurunan suku bunga BI-Rate ini akan lebih lambat dari The Fed adalah karena kami mempertimbangkan diferensial suku bunga antara rupiah dan dolar yang saat ini berada cukup sempit, selisihnya cukup sempit," kata Helmi di Jakarta, Rabu (22/5/2024).

Sejak bulan Maret 2022 lalu, target suku bunga acuan di Amerika Serikat secara agresif telah naik hingga 5,25 persen, dari level 0,25 persen, hingga ke level 5,50 persen pada Juli 2023 lalu. Pada periode yang sama, BI-Rate terpantau hanya naik sekitar 2,75 persen, dari level 3,50 persen hingga ke level 6,25 persen. 

Helmi Arman mengatakan bahwa perbedaan suku bunga atau diferensial suku bunga yang sempit ini berdampak negatif pada suplai valuta asing (valas) di pasar terutama dari korporasi karena tidak ada insentif bagi korporasi untuk menukarkan kelebihan dolarnya, seperti dolar hasil ekspor ke rupiah.

Mengingat diferensial suku bunga pinjaman saat ini sangat tipis antara pinjaman Rupiah dengan Dolar, maka banyak terjadi refinancing oleh korporasi. Utang dolar korporasi yang jatuh tempo itu di-refinance dengan rupiah sehingga banyak perusahaan meminjam dalam rupiah dan menukarkan ke dolar untuk membayar kembali utang yang berdenominasi dolar.

"Sehingga dalam pandangan kami, penurunan suku bunga The Fed ini menjadi kesempatan bagi bank sentral untuk mengoreksi diferensial suku bunga yang sekarang tergolong sempit atau terlalu narrow. Dan apabila BI-Rate diturunkan dengan kecepatan yang lebih lambat dibandingkan FFR, maka pengoreksian atau pelebaran kembali diferensial suku bunga tersebut akan terjadi," kata Helmi.

Berita Terkait :
1
2 Selanjutnya
Topik Terkait
Saksikan Juga
02:50
03:27
02:06
03:04
03:16
05:48
Viral