- tvOnenews.com
Panas! Momen Airlangga Hartarto Marah Indonesia selalu Dijegal Uni Eropa, sampai Ungkit Sejarah: Mereka Irasional, Ini adalah Aturan Imperialis
Jakarta, tvOnenews.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto geram dengan sikap Uni Eropa yang seolah terus berupaya menjegal Indonesia dalam perdagangan dunia.
Hal itu disampaikan Menko Airlangga saat acara seminar ekonomi Perspektif Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi: Menuju Indonesia Emas 2045 di Sport Hall Kolese Kanisius, Jakarta pada Sabtu pekan lalu.
Saat ini, Pemerintah RI tengah berupaya mengukuhkan posisinya di berbagai blok ekonomi dunia termasuk di Indonesia European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA).
Sayangnya, perundingan IEU-CEPA berjalan sangat alot karena negosiasi bertahun-tahun tak kunjung menemukan kata sepakat.
"Kita masih finalisasi penandatanganan IEU-CEPA. Ini kita sudah negosiasi 7 tahun," kata Airlangga dalam sambutannya yang dikutip pada Senin (13/5/2024).
"18 kali perundingan dan nggak selesai-selesai, karena Eropa selalu berubah," imbuhnya.
Berbagai Upaya Uni Eropa dalam Menjegal Indonesia
Airlangga menjelaskan berbagai upaya Uni Eropa untuk selalu mengusik Indonesia dalam perdagangan komoditas dunia.
Uni Eropa selalu mencari celah untuk menjegal komoditas ekonomi andalan Indonesia, khususnya sawit dan nikel.
"Dalam rangka mereka melakukan negosiasi dengan Indonesia, dua komoditas andalan kita diganggu di WTO, nikel maupun sawit. Kita masih berkasus dengan Eropa," kat Airlangga.
Tak terima Indonesia selalu diganggu, Airlangga yang marah bahkan sampai mengungkit-ungkit soal sejarah kelam penjajahan Eropa terhadap bangsa-bangsa Timur, khususnya Indonesia di masa lampau.
Sebagai informasi, kebijakan larangan ekspor bijih nikel yang diterapkan Indonesia untuk mendorong hilirisasi logam memang mendapat protes keras dari Uni Eropa.
Bahkan, Uni Eropa tanpa malu menggugat Indonesia melalui World Trade Organization (WTO) pada awal tahun 2021 silam dan masih bersengketa hingga saat ini.
Oleh karena itu, Airlangga Hartarto menilai bahwa sikap Uni Eropa saat ini tak ubahnya seperti keserakahan mereka saat melakukan monopoli perdagangan rempah-rempah kala itu.
"Tapi nggak apa-apa karena dari dulu kita dengan Eropa, saya katakan sama mereka, nikel hari ini sama dengan spices (rempah-rempah) abad 16," kata Airlangga.
"Jadi kalau abad 16 mereka tidak mempersoalkan traceability, sekarang hari ini mereka menanyakan traceability dari kakao, kopi, karet, sawit, tapi abad 16 mereka tidak tanya spices itu dari mana saja, dan impor kopi itu dari mana," imbuhnya.