- ANTARA Foto
Menaksir Nasib IHSG di Tengah Konfrontasi Iran dan Israel, Mantan Menristek RI Beberkan Tekanan Ini
Jakarta, tvOnenews.com - Konfrontasi Timur Tengah antara Iran dan Israel akan berdampak besar pada ekonomi dunia.
Penyerangan Iran ke Israel pada Sabtu lalu dikhawatirkan akan memicu perang besar yang mempengaruhi keuangan global.
Terkait hal tersebut, Ekonom sekaligus mantan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) RI Bambang Brodjonegoro tak menampik bahwa konflik tersebut secara tidak langsung bakal mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Saat ini, sentimen utama yang mempengaruhi pergerakan IHSG adalah tingkat suku bunga yang tinggi oleh Bank Sentral AS (The Fed).
"Kita lihat IHSG sebelum ramai Iran-Israel, masalah utamanya adalah tingkat suku bunga tinggi yang lebih berpengaruh pada IHSG. Jika ada keputusan The Fed yang tidak sesuai market, maka terjadi capital outflow. Di Indonesia instrumennya ada dua yaitu SBN maupun saham,” ujar Bambang dalam seminar daring, Senin (15/4/2024).
Secara sederhana, eskalasi konflik di Timur Tengah bisa mengakibatkan kemungkinan tertahannya suku bunga acuan The Fed.
Hal itu secara tidak langsung nantinya akan mempengaruhi kinerja IHSG.
Lebih lanjut, saham IHSG yang termasuk investor asing terbagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok jangka panjang dan jangka pendek atau hit and run.
Dalam kondisi global yang tidak stabil seperti saat ini, kelompok jangka pendek akan memindahkan aset mereka ke instrumen yang lebih aman atau safe haven seperti dolar AS atau obligasi AS.
“Saya lebih melihat akan ada tekanan IHSG tapi tekanan itu juga dibagi dengan dampak tingkat bunga yang tinggi."
"Jika dilihat sebab akibatnya Iran Israel bersitegang, maka dolar AS dan US treasury bond (obligasi AS) akan dicari terus, itu menyebabkan tekanan IHSG karena orang memilih dolar AS,” jelasnya.
Kendati demikian, Bambang menilai dengan banyaknya emiten besar saat ini yang membagikan dividen, maka diharapkan dapat meredam tekanan global yang ditimbulkan pada IHSG.
Pengaruh Konflik Timur Tengah Terhadap Harga Minyak
Di forum yang sama, Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tutuka Ariadji, mengatakan bahwa harga minyak juga bisa mencapai 100 dollar AS per barel akibat eskalasi konflik tersebut.
"Sebetulnya tidak jauh dari angka 100 dollar AS. Saya katakan sependapat, kemungkinan besar harga ICP naik 100 dollar AS (per barel)," ujar Tutuka di webinar “Ngobrol Seru Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi RI” yang digelar oleh Eisenhower Fellowships Indonesia Alumni Chapter.
Apabila menilik data dari Kementerian ESDM, Indonesian Crude Oil Price (ICP) atau harga patokan minyak mentah Indonesia per 12 April 2024 diketahui sebesar 89,51 dolar AS per barel.
Sebelum serangan serangan Iran ke Israel terjadi, harga minyak dunia sudah mengalami peningkatan kurang lebih 5 dollar AS per barel tiap bulannya.
Oleh karena itu, saat ini pemerintah dari banyak negara masih menunggu respons dari Israel terkait serangan Iran.
Reaksi Israel atas serangan pada Sabtu kemarin akan menentukan apakah harga minyak dunia bakal meningkat secara berkelanjutan atau spike alias meroket tajam.
“Saya lebih cenderung untuk menunggu dulu apa reaksi dari Israel dan Amerika (Serikat) terhadap konflik tersebut. Jadi, masih diskusi, kemungkinan bisa lebih cenderung untuk spike dalam waktu yang tidak lama,” kata Tutuka. (ant/rpi)