- Tim tvOne - Nuryanto
Dalam 24 Jam, Gunung Merapi Luncurkan 57 Kali Guguran Lava Maksimum 1,8 Kilometer
Yogyakarta, tvOnenews.com - Gunung Merapi yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta kembali meluncurkan guguran lava maupun kegempaan yang cukup tinggi.
Dari pengamatan Balai Penyelidikan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi atau BPPTKG Yogyakarta, sejak pukul 00.00 - 24.00 WIB, pada Jumat (26/7/2024), Gunung Merapi meluncurkan 57 kali guguran lava ke arah barat daya (Kali Bebeng) dengan jarak luncur maksimum 1,8 kilometer.
Kepala BPPTKG Yogyakarta, Agus Budi Santoso menyebutkan pada periode ini cuaca di kawasan Gunung Merapi cerah, berawan. Angin bertiup tenang, lemah ke arah barat, utara.
Suhu udara 15.2-26 °C, kelembaban udara 20-92.5 %, dan tekanan udara 872.9-918.7 mmHg.
"Secara visual Gunung Merapi tampak jelas, kabut 0-II, kabut 0-III. Asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tebal dan tinggi 15 meter di atas puncak kawah," jelas Agus.
Sementara, dari data kegempaan teramati terjadinya gempa Guguran 115 kali, Hybrid/Fase Banyak 25 kali, Vulkanik Dangkal 11 kali, dan Tektonik Jauh 2 kali.
"Hingga kini, tingkat aktivitas Gunung Merapi masih ditetapkan pada level III (siaga). BPPTKG Yogyakarta merekomendasikan potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 kilometer, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 kilometer.
"Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 kilometer dan Sungai Gendol 5 kilometer. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak," jelasnya.
Dari data pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya.
Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya dan mewaspadai bahaya lahar dan awan panas guguran (APG) terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.
"Masyarakat agar mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi. Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka tingkat aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali," kata Agus Budi. (nur/dan)