Pertemuan di Kabupaten Nias Barat dilaksanakan di Gereja Jemaat Tuwuna, Resort 23 BNKP, Kecamatan Mandrehe.
Sumber :
  • Tim Tvone/ Sri Gustina Hasan

Seorang Guru SD di Nias Barat Keluhkan Muridnya Sulit Menyerap Pelajaran, Ini Penyebabnya

Kamis, 4 Agustus 2022 - 23:43 WIB

Medan, Sumatera Utara - Seorang guru di Nias Barat, Idam Waruwu mengungkapkan bahwa mayoritas anak di sekolahnya menemui kesulitan menyerap pelajaran. Hal itu juga terjadi di sekolah lain di Kepulauan Nias. Hal ini terungkap ketika Tim Yayasan Cahaya Peduli Semesta Indonesia (YCPSI) melanjutkan intervensi penanganan stunting di Kepulauan Nias yakni di Nias Barat, Nias Selatan, dan Kabupaten Nias yang melibatkan dua edukator, Fotarisman Zaluchu, PhD., dan dr. Putri C Eyanoer, PhD.

Pada sesi pemaparan, Fotarisman mengundang salah seorang guru di wilayah tersebut, Idam Waruwu, untuk menjelaskan kondisi yang dihadapinya di sekolah-sekolah. “Anak-anak sulit menerima pelajaran, meskipun sudah disampaikan berkali-kali,” kata Idam di sesi itu.

Fotarisman mengatakan bahwa hal tersebut kemungkinan besar berkaitan dengan malnutrisi atau stunting yang masih tinggi di daerah ini. Kegiatan ini merupakan program berkelanjutan dengan tujuan mengedukasi ibu hamil, ibu balita, berikut para suami agar memahami dengan benar bagaimana cara merawat anak sejak dalam kandungan.

Pertemuan di Kabupaten Nias Barat dilaksanakan di Gereja Jemaat Tuwuna, Resort 23 BNKP, Kecamatan Mandrehe yang diikuti oleh 100 peserta. Pada kesempatan itu, Fotarisman yang merupakan putra daerah setempat dan fasih b,erbahasa Nias, menerangkan tanda-tanda stunting dan dampaknya pada sekolah anak.

“Yah, ini mengakhawtirkan ya, kalau tidak segera ditangani. Saya bersyukur para peserta antusias mendengarkan materi edukasi. Adapun materi kali ini adalah pendalaman tentang stunting,” ujar Fotarisman, Rabu (3/8/2022). 

Sementara itu pada kesempatan yang sama, dr. Putri menjelaskan tentang pentingnya ASI bagi tumbuh kembang anak. “Dalam wawancara dengan masyarakat, kami menemukan masih banyak ibu yang tidak memberikan ASI secara eksklusif. Ketidaktahuan masyarakat terjadi karena ketidakpahaman mengenai perkembangan balita,” ujarnya. 

Putri juga menjelaskan bahwa ASI harus benar-benar diperhatikan kualitasnya melalui praktik konsumsi makanan bergizi oleh ibu menyusui. Dalam kesempatan itu, tim juga menggunakan ilustrasi lokal dan pendekatan pendidikan menggunakan permainan. Dalam permainan atau nyanyian, pesan tersampaikan bahwa stunting akan berdampak permanen karena perkembangan otak anak umumnya sudah berhenti pada usia anak lima tahun. 

“Karena itu peserta diharapkan bersungguh-sungguh mengelola kesehatan anak sejak dalam kandungan,” ujar Putri. 

Berbagai persepsi lokal mengenai kehamilan, persalinan dan ketika anak masih balita digali melalui FGD (Focus Group Discussion). Dalam FGD tersebut, banyak fakta yang memprihatinkan terungkap. “Kami menemukan masih banyak praktik yang salah mengenai pemberian makanan sebelum balita berusia enam bulan, ada keengganan mengikuti imunisasi, dan praktik makan yang salah,” lanjut Putri. (sgh/wna)

 

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
01:43
04:41
05:26
03:59
01:39
01:02
Viral