- Istimewa
Kelezatan Galamai Perkampungan Adat: Kuliner Khas Sijunjung, 100% Alami dari Beras Pulut yang Ditumbuk Manual
Sijunjung, tvOnenews.com - Perkampungan Adat yang terletak di Nagari Sijunjung, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat (Sumbar) memiliki keunikan kuliner berupa galamai.
Berbeda dengan galamai di daerah lain, masyarakat Perkampungan Adat masih mengolah bahan-bahannya secara manual dengan sentuhan tradisional.
Yanti, seorang pembuat galamai di Perkampungan Adat Sijunjung, mengungkapkan bahwa bahan dasar galamai terbuat dari beras pulut, sari pati santan, dan gula merah.
"Kami tidak menggunakan tepung beras pulut yang sudah dikemas, melainkan kami menumbuk beras pulut tersebut hingga halus sendiri," ungkapnya kepada tvonenews.com, Sabtu (17/06/2023).
Yanti menjelaskan bahwa alasan di balik penggunaan beras pulut yang ditumbuk sendiri adalah untuk menjaga keaslian bahan dalam proses pembuatan galamai.
Dalam memasak galamai, Yanti masih menggunakan tungku kayu tradisional.
"Sebelum dimasukkan ke dalam kuali, bahan-bahan yang sudah disiapkan sebelumnya dicampur hingga merata," tutur Yanti.
Selanjutnya, bahan yang telah tercampur dimasukkan ke dalam kuali dengan api yang telah dinyalakan.
Ia menambahkan bahwa jika bahan tidak dicampur terlebih dahulu, proses pembuatan akan memakan waktu lebih lama.
"Setelah dimasukkan ke dalam kuali, adonan galamai harus terus diaduk hingga mengental dan siap untuk dikemas," imbuhnya.
Yanti menyatakan bahwa satu adonan galamai yang dibuatnya memerlukan waktu sekitar 3 sampai 4 jam.
Selain itu, ciri khas lain dari galamai tersebut terletak pada kemasannya yang alami, menggunakan anyaman daun pandan kering.
"Kemasannya kami sebut kambuik, yang terbuat dari daun pandan yang sudah kering," ucap Yanti.
Penggunaan kambuik, menurut Yanti, bertujuan untuk mengurangi kandungan minyak pada galamai.
Dikarenakan kambuik memiliki celah dalam anyamannya, minyak dari galamai akan keluar melalui celah tersebut, sehingga galamai dapat bertahan lebih lama.
Kambuik memiliki dua bentuk, yaitu bentuk pertama yang berupa tabung lonjong dan yang kedua berbentuk mangkuk persegi.
"Kambuik yang berbentuk tabung lonjong berisi 250 gram hingga 300 gram galamai, dengan harga Rp20 ribu untuk 250 gram dan Rp25 ribu untuk 300 gram," jelasnya.
Sementara itu, kambuik yang berbentuk mangkuk, galamai dipecah menjadi bagian kecil-kecil dengan plastik sebanyak 20 buah dengan harga Rp10 ribu.
Yanti juga menyatakan bahwa galamai Perkampungan Adat sangat diminati oleh para wisatawan yang berkunjung.
"Para wisatawan yang datang dari luar daerah, seperti tamu-tamu pemerintah daerah, ketika berkunjung ke perkampungan adat tidak lupa untuk membeli galamai," terangnya.
Yanti berharap agar galamai Perkampungan Adat Sijunjung dapat lebih dikenal dan dipasarkan di luar daerah dengan lebih luas, sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.
Dengan demikian, galamai Perkampungan Adat Sijunjung dapat lebih optimal dan menarik perhatian wisatawan serta pecinta kuliner.
(bra/fna)