- Jamil Azali
Haroana Andala, Tradisi Unik Memohon Rezeki Masyarakat Pesisir Bone-bone
Baubau, tvOnenews.com - Masyarakat pesisir pantai di Kelurahan Bone-bone, Kecamatan Batupoaro, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, memiliki tradisi unik dalam memohon rezeki dan keselamatan dari Sang Pencipta. Tradisi ini disebut Haroana Andala atau ritual doa bersama yang dilakukan di pesisir pantai.
Pelaksanaan ritual ini dilatar belakangi kondisi masyarakat nelayan Kelurahan Bone-bone yang kerapkali dihadapkan dengan fenomena alam yang terjadi seperti angin kencang yang disertai ombak besar. Hal ini menyebabkan nelayan tidak dapat melaut.
Pada masa seperti inilah yang mendorong masyarakat nelayan untuk berusaha mencari jalan keluar agar segera terlepas dari masa sulit tersebut, yang antara lain dengan menggelar doa bersama yang disebut “Ritual Haroana Andala” dengan tetap mengedepankan nilai-nilai etika dan estetika beragama serta keyakinan terhadap ALLAH SWT sebagai Tuhan Yang Maha Pencipta.
Pelaksanaan ritual Haroana Andala dilaksanakan dengan nuansa magis yang diawali dengan permohonan doa kepada Allah SWT agar masyarakat Bone-Bone yang melaksanakan aktivitasnya sebagai nelayan sentiasa diberikan rezeki dan keselamatan dunia akhirat.
Dalam ritual ini disiapkan sebuah bahtera yang terbuat dari bambu. Setelah itu para tetua adat menyiapkan makanan berupa nasi ketan putih dan nasi ketan merah yang masyarakat setempat menyebutnya "Bente".
Bahan baku Bente berasal dari padi atau beras yang bermakna sebagai simbol tameng diri dari setiap nelayan dalam melaksanakan aktivitasnya di laut. Berbagai macam makanan seperti ubi rebus, telur rebus, pisang, ikan bakar serta berbagai macam kue diisi ke dalam bahtera bambu yang sudah dialas daun. Selain itu bahtera bambu juga diisi dua ekor ayam jantan dan betina.
Bahtera bambu berisi sesajen berupa makanan ini kemudian diangkut ke atas perahu untuk dilarungkan ke tengah laut. Ribuan masyarakat nelayan Bone-Bone terlibat dalam proses pelarungan bahtera ini. Puluhan perahu dan kapal-kapal nelayan mengiringi perahu yang mengakut sesajen. Isi bahtera berupa berbagai jenis makanan ini nantinya boleh diambil siapapun yang menemukannya di tengah laut setelah dilarungkan.
Usai pelarungan sesajen, para tetua adat melanjutkan perjalanan ke pulau seberang untuk berziarah ke makam leluhur yang menjadi tokoh penting dalam peradaban kehidupan masyarakat nelayan Bone-Bone bernama Andi Manguju, seorang nelayan jala yang berasal dari tanah Bugis.di masa akhir Kesultanan Buton.
Menurut salah satu tokoh agama dan adat masyarakat Bone-bone, Zamin, Andi Manguju adalah tokoh penting yang pertama kali mengajarkan nelayan Bone-Bone menangkap ikan dengan menggunakan jala.
"Saat itu beliau datang mencari ikan di wilayah Buton dan menginap di pantai Morikana Kelurahan Bone-bone . Sejak masa itu alat tangkap jala telah dijadikan sebagai sarana pengkapan ikan yang utama bagi masyarakat nelayan di Bone-Bone ini, "ungkap Zamin, usai melakukan ritual Haroana Andala, Kamis (13/9/2023).
Dituturkan Lurah Bone-Bone, Ramadan, ritual Haroana Andala memiliki pengertian sebagai suatu prosesi adat yang bernuansa syahadatain dan perrmohonan doa kepada Allah SWT dengan harapan agar dilimpahkan rahmat, keselamatan dan rezeki dalam mencari nafkah dilaut untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sebagai nelayan.
"Ritual Haroana Andala pada prinsipnya mengandung nilai religious, sosial budaya, ekonomi dan kesejahteraan serta kearifan dalam pemulihan sumberdaya," tuturnya.
Ritual Haroana Andala ditutup dengan acara makan bersama para tetua adat dan masyarakat setempat dengan dihibur atraksi silat tradisional "Balaba".
Usai pelaksana ritual ini para tetua adat menetapkan pantangan bagi nelayan untuk tidak melakukan aktivitas penangkapan ikan selama 4 hari lamanya, hal ini dipercaya dalam waktu itu akan memberi kesempatan bagi ikan yang telah bermigrasi akan kembali. (jai/frd)