- idris tajannang
Pemulung di Gowa yang Lumpuh Akhirnya Penuhi Keinginannya Untuk Berobat
"Pembengkakan dikedua kaki dan tangan saya, baru seminggu ini. Saya tidak bisa berjalan, hanya duduk saja di rumah. Kalaupun mau bergerak, saya dibantu sama suami," sambungnya.
Ia mengaku tidak mengetahui penyakit apa yang menimpanya, sehingga tiba-tiba kedua kaki dan tangannya membengkak.
Nia sangat ingin berobat kerumah sakit, namun karena terkendala biaya, ia memilih berdiam diri dirumah.
"Mau sekalika berobat ke rumah sakit, supaya bisaka sembuh dan kembali bisa berjalan, tapi tidak punyaka uang," harapnya.
Nia membeberkan jika ia dan suaminya bernama Daeng Pudding bekerja sebagai pemulung.
"Sudah 10 tahun saya dan suami bekerja sebagai pemulung," ungkapnya.
Untuk bisa makan, kata Nia, ia harus menjual kaleng atau gelas plastik, agar membeli beras satu liter.
"Perhari biasa dapat Rp 50 ribu kalau banyak kaleng atau gelas plastik yang kami dapatkan, tapi kadang Rp 30 atau Rp 20 ribu perhari. Pernah juga tidak dapat uang karena hasil mulung belum cukup untuk di jual," sebut Nia.
Nia juga mengungkap jika selama 10 tahu tinggal di tanggul bantaran sungai Jeneberang, ia tidak pernah merasakan yang namanya bantuan pemerintah.
"Tidak pernahka rasakan yang namanya bantua pemerintah," tutupnya.
Sementara itu, ketua RT 02 / RW 02 Kelurahan Sungguminasa, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Irwan Astur (59) mengatakan jika Dg Nia hidup dibawah garis kemiskinan.
"Kondisinya memang sangat memprihatikan, mau berobat tidak punya biaya," kata Irwan.
Karena prihatin, ia kemudian berinisiatif menjalankan donasi ke tetangga dan warga sekitar untuk membantu daeng Nia agar bisa berobat.
"Alhamdulillah, sudah ada uang yang saya pegang hasil donasi dari warga dan tentang. Semoga bisa membantu pengobatan Daeng Nia."Harapnya.
Terkait bantuan pemerintah, Ketua RT 02 Kelurahan Sungguminasa mengaku jika Daeng Nia tidak tercatat sebagai warga Kabupaten Gowa meskipun sudah 10 tahun tinggal di Kabupaten Gowa.
"Daeng Nia ini asalnya dari Kabupaten Jeneponto, namun ia berdomisili di Jembatan merah, Kecamatan Tamalate, Makassar. Setelah pindah ke Gowa, Daeng Nia tidak mengurus perpindahan. Makanya tidak tercatat sebagai warga Kabupaten Gowa," tutupnya.