- Antara
Istri Petani Kopi, Penyangga Ekonomi Keluarga yang Perlu Diperkuat Melalui Pendampingan Berkelanjutan
tvOnenews.com - Dibanyak desa penghasil kopi, peran perempuan dalam menjaga keberlangsungan keluarga sering kali tidak terlihat, tetapi sangat menentukan. Melihat kenyataan itu, KAPPI yang merupakan Yayasan Pendidikan Pengembangan Perkopian Indonesia menempatkan pemberdayaan perempuan sebagai bagian penting dari upaya memperkuat ekosistem kopi nasional.
agi KAPPI, masa depan petani tidak hanya ditentukan oleh produktivitas kebun, tetapi juga oleh ketahanan ekonomi rumah tangga yang menopang proses tersebut. Ketika perempuan menjadi penjaga stabilitas siklus kopi yang membutuhkan waktu panjang mulai dari pemeliharaan hingga panen membuat pemasukan keluarga petani tidak selalu stabil.
Dalam jeda ini, perempuan mengambil peran besar seperti mengatur pengeluaran harian, membantu sortasi buah dan memanfaatkan keterampilan domestik untuk menambah pendapatan. Sebagian besar dari mereka melakukannya tanpa pelatihan formal ataupun pendampingan usaha yang memadai.
Akses terhadap pengetahuan, mentor dan jejaring pemasaran masih menjadi tantangan yang umum ditemui dibanyak wilayah penghasil kopi. Dari sinilah pendekatan pemberdayaan perempuan mulai mendapat perhatian khusus dalam program-program KAPPI.
Roby Wibisono yang mewakili KAPPI dalam program pengembangan kapasitas petani mengatakan bahwa perempuan adalah 'penjaga stabilitas' yang sering tidak disadari. “Sering kali ekonomi keluarga petani kopi justru bertumpu pada para ibu. Saat pendapatan dari kebun tidak menentu, mereka yang menyesuaikan belanja, mencari peluang usaha kecil dan memastikan keluarga tetap berjalan," ungkap Roby Wibisono pada Jumat (12/12).
Memberikan mereka ruang untuk belajar lanjut Roby adalah langkah penting untuk menjaga keberlanjutan hidup petani itu sendiri. Roby menambahkan bahwa pendampingan yang berkelanjutan adalah kunci.
Pelatihan satu kali tidak cukup untuk membangun usaha rumahan yang stabil. "Adapun yang dibutuhkan adalah keberlanjutan seperti mentor yang memantau progres, kelompok belajar yang saling menguatkan dan kesempatan bagi perempuan untuk melihat bahwa keterampilan mereka punya nilai ekonomi,” jelas Roby menambahkan.
Membangun Model Pemberdayaan yang Realistis
Untuk menjawab kebutuhan tersebut, KAPPI mulai mengembangkan model pemberdayaan yang mudah dilakukan dari rumah dan tidak menambah beban perempuan dalam menjalankan peran domestik. Salah satu model awal diujicobakan di Gapoktan Gunung Kelir, Semarang dengan mengajarkan keterampilan sederhana yang bisa langsung dipraktikkan di rumah.