- tovik koban
Ibunda Makan Ubi dan Pisang Setiap Hari, Balita 11 Bulan Alami Gizi Buruk
Sikka, tvOnenews.com - Potret mirisnya dunia kesehatan dialami NKS, balita berusia 11 bulan, warga desa Waipaar, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Bagaimana tidak, lantaran ketiadaan biaya, karena kesulitan ekonomi, asupan gizi yang sangat kurang membuat bayi NKS mengalami gizi buruk.
"Kalau nasi satu kali dalam sehari. Selebihnya kami makan ubi dan pisang. Sehingga anak Natalia mengalami gizi kurang," ungkap Yunita Lepe, ibu kandung bocah malang yang kini tinggal bersama sang nenek karena ketiadaan rumah, di desa Waipaar, Rabu (22/11/2023).
Dikatakan Yunita, buah hatinya bersama Yohanes Don Bosco kini kondisinya kian memprihatinkan. Tubuhnya kian kurus hingga membuatnya tak bisa melakukan aktivitas dan hanya bisa terbaring lemah.
"Anak kami Natalia hanya memilik berat badan 3,9 kilogram (Kg) dan mengalami gizi buruk. Kami terpaksa tinggal bersama dengan nenek karena belum memiliki rumah," Kata Yunita
Menurut Yunita, bocah Natalia sempat berobat ke RSUD Tc Hillers Maumere, namun akhirnya dibawa pulang kembali, lantaran tidak mampu membayar tagihan rumah sakit karena Natalia tidak memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS).
"Saya bersyukur, anak kami mendapatkan perawatan yang baik dari tenaga kesehatan Puskesmas Watubaing dan RSUD Tc Hilers Maumere meski tak punya Kartu Indonesia Sehat," kisahnya.
Lantaran tidak mampu bayar biaya rumah sakit, lanjut Yunita, aparat pemerintah desa Waipaar, tenaga kesehatan di Puskesmas Watubaing dan pegawai di kantor camat Talibura mengumpulkan uang untuk membayar tagihan rumah sakit.
"Saat ditangani pihak medis, Natalia didiagnosa mengalami Bronkopnemonia (infeksi saluran napas paru-paru) disertai gangguan perkembangan dan gizi buruk," jelasnya.
Yunita yang berprofesi sebagai petani kini tidak bekerja karena harus merawat anaknya sedangkan ayah kandung Natalia hanya buruh serabutan dan saat ini sudah merantau dan bekerja di Kalimantan dengan penghasilan yang sangat tidak menentu.
"Kami sangat berharap ada uluran tangan dari pemerintah terkait atau pihak lainnya untuk membantu anaknya agar bisa mendapatkan perawatan lanjutan di rumah sakit sehingga anak kami bisa kembali sehat," pintanya.
Sementara itu, Ketua Badan Permusyawaratan Desa Waipaar, Yohanes Ojan mengakui jika keluarga bacah NKS tergolong tidak mampu.
"Saat ini anak NKS dan ibunya masih tinggal satu rumah dengan nenek mereka karena belum memiliki rumah," terang Yohanes Ojan
Dijelaskan Ojan, Karena keadaan ekonomi, suami dari Yunita Lepe terpaksa merantau ke Kalimantan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.
"Pemerintah desa setempat sedang berupaya untuk mengambil kebijakan agar bisa mengatasi kesulitan biaya sehingga kondisi kesehatan yang dialami bocah NKS bisa diatasi," tuturnya.
(ofk/asm)