- tim tvone - wawan sugiarto
Satu Lagi, Penemuan Kerangka Manusia di Endapan Material Vulkanik Sisa Awan Panas Guguran Gunung Semeru
Lumajang, Jawa Timur - Warga dan penambang pasir di areal persawahan Dusun Kampung Renteng, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Lumajang, kembali digemparkan dengan penemuan kerangka manusia di bawah endapan material vulkanik sisa awan panas guguran Gunung Semeru.
Kerangka ini, pertama kali ditemukan Sa'id , pemilik lahan saat sedang melakukan penggalian pasir dan perbaikan saluran air.
"Tadi pukul 2 siang, saya sedang melakukan penggalian endapan pasir dengan linggis, tiba-tiba saya melihat tulang bagian kaki," kata Sa'id, Kamis (4/8).
Atas temuan itu, Sa'id langsung memanggil warga dan penambang lainnya di lokasi untuk ikut melakukan penggalian. Sementara warga lainnya langsung menghubungi perangkat Desa dan Polsek Candipuro, serta menghubungi keluarga Almarhum Mistono, yang 4 dari 7 anggota keluarganya masih belum ditemukan sejak awal awan panas guguran Gunung Semeru menerjang Dusun Kampung Renteng.
Satu persatu tulang belulang temuan ini dikumpulkan termasuk kaos dan celana panjang korban. Dari ciri pakaian yang ditemukan inilah, akhirnya identitas korban berhasil diketahui.
"Seperti temuan sebelumnya, akhirnya identitas korban langsung diketahui dari ciri pakaian yang dikenakan korban. Oleh pihak keluarga kerangka ini dipastikan jasad Bu Pipin, istri almarhum Mistono," jelasnya.
Selanjutnya dengan menggunakan mobil patroli Polsek Candipuro, jasad korban langsung di bawa ke rumah duka yang berjarak kurang lebih 500 meter dari lokasi penemuan untuk langsung dimakamkan.
Sementara itu, Hosnia salah satu tetangga korban menjelaskan bahwa dengan ditemukannya jasad korban ini, berarti masih ada 3 lagi anggota keluarga korban yang belum ditemukan.
"Pada hari keempat pasca erupsi dulu, tiga anggota keluarga Bu Pipin ini sudah ditemukan, Mistono, Talita dan Wildan. Berarti sekarang masih ada tiga lagi yang belum ketemu yaitu Misnan, Siti dan Adi," tutur Hosnia.
Lebih lanjut Hosnia mengisahkan dengan mata berkaca-kaca, jika pada saat awan panas menyapu dusun mereka, Hosnia dan keluarga korban dan tetangga lainnya berusaha lari ke utara untuk menyelamatkan diri.
"Saya berhasil selamat setelah melewati jembatan di utara dusun, sementara korban serta 6 anggota keluarga lainnya langsung hilang. Saat itu cuaca sangat gelap, penuh dengan abu, pokoknya ngeri sekali," jelasnya.
Kini, setelah 8 bulan berlalu Hosnia hanya bisa berharap sisa korban yang belum ditemukan, segera bisa ditemukan.
"Saya hanya bisa berdoa, agar semua korban yang belum ketemu bisa segera ditemukan dan dimakamkan secara layak," pungkasnya.
Sementara itu, berdasarkan data Pusdalops BPBD Kabupaten Lumajang, hingga saat ini tercatat total sebanyak 68 jenazah korban awan panas guguran Gunung Semeru, telah berhasil ditemukan. Sebagaian korban ditemukan dalam kondisi utuh, namun sebagian lainnya dalam bentuk kerangka.
"Jadi sejak awal musibah ini terjadi hingga saat ini, telah tercatat sebanyak 68 jenazah yang berhasil ditemukan, kemungkinan besar masih banyak yang belum ditemukan," jelas Dwi Nurcahyo, salah satu petugas Pusdalops BPBD Lumajang.
Perlu diketahui, bencana alam awan panas guguran Gunung Semeru yang terjadi pada 4 Desember 2021 silam, telah meluluhlantakan sejumlah dusun yang berada di sepanjang aliran sungai Curah Kobokan.
Selain mengakibatkan kerugian material, sejumlah nyawa manusia juga melayang akibat bencana ini. Sebagian telah ditemukan, namun sebagian lainnya juga belum ditemukan akibat terkubur material vulkanik di sekitar Sungai Curah Kobokan, Jembatan Perak, lokasi tambang pasir Kamar Kajang hingga di sekitar Dusun Kampung Renteng. (wso/hen)