- tim tvone - tim tvone
Isak Tangis Orang Tua Warnai Pelepasan Siswa Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) di Kabupaten Lamongan
Lamongan, tvOnenews.com – Isak tangis orang tua mewarnai pelepasan siswa Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) di Kabupaten Lamongan, Senin (14/7) siang. Meski para siswa mengaku bahagia dan bersyukur bisa diterima di Sekolah Rakyat (SR), namun mereka mengaku sedih akan berpisah dengan orang tuanya untuk beberapa lama karena harus tinggal di asrama.
“Saya bersyukur dan merasa senang bisa sekolah di sini (SR-red), karena saya orang tidak mampu, bisa sekolah dibiayai pemerintah,” ungkap Nabila, salah seorang siswi asal Kecamatan Turi, Lamongan.
Ditambahkan Nabila, meskipun ia bersekolah di Sekolah Rakyat, harapannya bisa belajar dengan baik dan sungguh-sungguh, sehingga dapat mencapai cita-citanya.
“Di sekolah ini saya akan tetap belajar dengan baik dan sungguh-sungguh, agar tercapai cita-cita,” tandas siswi yang mengaku bercita-cita menjadi psikolog ini.
Pipin, asal Desa Winangun, Kecamatan Sambeng, juga menunjukkan rasa harunya saat anaknya berpamitan untuk menempati ruang asrama. Namun wanita yang mengaku sehari-hari sebagai penjual pentol tersebut, tak mampu menyembunyikan kebahagiaan anaknya bisa sekolah di tempat ini.
“Saya terima kasih kepada Bapak Presiden, kepada Ibu Gubernur, anak saya bisa sekolah dengan biaya semua ditanggung pemerintah,” tutur Pipin sambil mengusap air matanya.
“Sekolah sekarang mahal, saya ini orang tidak mampu, jadi Sekolah Rakyat ini bagi kami ibarat pelita dalam kegelapan,” tuturnya, dengan wajah memelas.
Ia berharap selain dapat menimba ilmu, di Sekolah Rakyat ini anaknya dapat mandiri, karena jauh dari orang tua.
Sementara itu, Kepala Sekolah SRMA, Anis Al Aminatuf Wardian, menegaskan akan menjalankan kegiatan belajar mengajar di sekolah sesuai kurikulum yang telah ditentukan dari Kemendasmen, dengan pendidikan karakter dan ditambah ilmu keagamaan.
“Kami menjalankan program pendidikan sesuai ketentuan, tetap menggunakan kurikulum dari Kemendasmen, ditambah dengan kurikulum sesuai dengan potensi lokal, ditambah kurikulum asrama. Jadi kami juga memberikan pembekalan karakter anak dan ditambah keagamaan,” jelas wanita yang pernah menjadi Guru Perhotelan di SMK N 1 Lamongan ini.