- tvOne - veros afif
Lestarikan Tradisi Nenek Moyang Harap Turun Hujan, Masyarakat Pamekasan Madura Gelar Gulat Okol
Pamekasan, tvOnenews.com - Olahraga bela diri merupakan seni yang tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Banyak seni beladiri tardisional yang masih eksis hingga kini. Salah satunya seni bela diri Gulat Okol yang kini masih tetap dilestarikan oleh masyarakat Pamekasan.
Tradisi olahraga Gulat Okol kali digelar di tengah pematang sawah Desa Plakpak, Kecamatan Pegantenan, Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur, Sabtu (4/10). Tradisi Gulat Okol ini mirip olahraga sumo yang berasal dari Jepang, yaitu pertarungan dua atlet saling berhadapan. Namun, berbeda dengan sumo yang mengenakan sabuk yang sekaligus berfungsi sebagai celana, pada Gulat Okol para pegulat mengenakan selendang dan udeng khas Madura.
Gulat Okol memang terlihat seperti dua orang yang sedang bergulat dengan 2 pria dewasa berada dalam sebuah lingkaran berdiameter 3 meter. Saat wasit memberi tanda dimulai, kedua pria itu bertubrukan.
Pertandingan ini dianggap tidak mudah karena para pemain harus kuat dan mumpuni. Salah satu pemain dinyatakan menang jika berhasil menjatuhkan lawan dan posisinya berada di atas.
Tradisi Okol berlangsung setiap satu minggu sekali, sampai hujan turun di daerah tersebut. Okol di Madura biasanya dilaksanakan pada waktu setelah ashar atau sekitar jam 14.45 WIB sampai sebelum Maghrib.
Gulat Okol biasanya dilakukan untuk mengiringi sejumlah acara, seperti acara perlombaan merpati, acara pertarungan (keket atau okol), acara adu rotan ritual (ojung) yang merayakan hari ulang tahun penemuan suatu mata air atau memohon turunnya hujan.
Taufikurahman, salah satu peserta olahraga Gulat Okol menyebut, tradisi Okol dilakukan oleh warga Pamekasan saat musim kemarau panjang melanda di wilayah Madura.