- Tim tvOne - Didiet Cordiaz
Kata Mantan Rekan Kerja, Pelaku Mutilasi dan Mayat Dicor di Semarang Mereka Kenal Suka Ngelawak
Semarang, tvOnenews.com - Muhammad Husen (28) pembunuh bos depo air isi ulang AHS Arga Tirta di Jalan Mulawarman Raya, Kelurahan Kramas, Tembalang, Semarang, dikenal seperti pelawak oleh mantan teman kerjanya yang bernama Jesi (22).
Namun Jesi kaget setelah Husen nekat membunuh bosnya yang bernama Irwan Hutagalung (53). Ia pun juga syok bahwa Husen tak segan-segan menusuk dan memutilasi jasad korbannya.
Sebagai informasi, sebelum bekerja bersama korban, Husen pernah bekerja di Warmindo di Jalan Kramas-Penggaron. Dia bekerja di sana sekitar 4 bulan.
Selama bekerja di sana, Husen dikenal sebagai orang yang ramah, humoris dan lucu. Karena itu, Jesi tak menyangka Husen tega menghabisi nyawa bosnya dalam keadaan hidup.
Pra rekonstruksi kasus pembunuhan bos depo air isi ulang di Semarang, Jumat (12/5/2023).
"Dia panggilannya Mas Kuncir, di sini terkenal kok dia, soalnya dia baik kalau sama costumer suka ngelawak. Makanya kalau statemennya dia nyeleneh gitu ya bener emang," ujarnya saat ditemui di tempat kerjanya, Kamis (11/5/2023) petang.
Tak hanya Jesi, para pelanggannya juga kaget tak percaya. Banyak pembeli yang menanyakan apakah yang ditangkap adalah Husen mantan pegawai warmindo itu.
"Kemarin tuh banyak tuh tanya sini soalnya kan orangnya ramah, makanya customer sini senang," tuturnya.
Jesi berulang kali menyebut bahwa Husen adalah orang yang baik. Dia meyakinkan bahwa Husen tak akan melakukan hal itu bila tak memiliki masalah yang serius.
Pelaku bahkan juga sering mengobrol dengan pelanggan yang datang. Dia tak ragu mendatangi pelanggan saat rumah makan itu sepi.
"Anak kuliah kan sampai malam biasanya dan dia kan di sini juga nggak ada temannya, disamperin, diajak ngobrol, dikasih minum gitu,” bebernya.
Polisi mengamankan sejumlah barang bukti
Kemudian, Husen telah berhenti kerja di warmindo itu sekitar bulan Februari lalu. Meski begitu, dia masih sering mampir ke tempat lamanya bekerja.
Dirinya juga sering dicurhati termasuk permasalahan dengan bosnya yang dianggap galak.
"Sebelum kejadian itu dia pernah cerita pernah dipukulin. Aku pernah lihat kok di tangannya sundutan rokok," ucap Jesi.
Jesi juga bercerita bahwa selama menjadi rekan kerja, Husen sering curhat kepada dirinya. Hal yang masih diingatnya adalah terkait masalah keluarga.
Husen menganggap keluarganya sudah tak ada lagi. Jesi menyebut Husen pernah berkata hanya menganggap ibunya sebagai keluarga.
"Keluarganya sudah nggak ngurusi, dia pernah bilang 'keluargaku yang aku anggap ibukku aja. Kakakku, adekku nggak tak anggap'. Tapi ibuknya sudah enggak ada kan," terangnya.
Ia menduga setelah pembunuhan itu, Husen sempat mampir ke warmindo. Namun, pada Jumat (5/5) malam itu, tak ada pegawai yang sempat banyak mengobrol dengan Husen karena sedang ramai.
Husen datang dan sempat memberikan Jesi satu bungkus rokok. Namun, rokok itu ditolak karena Jesi menganggap Husen tak memiliki uang lebih.
"Dia ke sini aku di belakang soalnya di sini ramai, itu komunikasi terakhir," ujarnya.
Jesi mengatakan Husen datang dengan wajah tak biasa. Jesi menganggap Husen sedang memiliki banyak beban.
"Aku bisa melihatnya, bukan kayak orang bingung, lebih kayak ada beban, aku kasian aslinya, nggak kayak biasanya," imbuhnya. (dcz/buz)