- timtvOnenews.com - Taufiq Hidayah
WOW! Ada Kampung Sultan di Garut, Rumah Gedong Bergaya Eropa Berderet di Sepanjang Jalan Desa
Garut, tvOnenews.com - Sebuah kampung di Garut, Jawa Barat, mendadak viral di media sosial (medsos). Puluhan rumah megah bergaya Eropa berdiri kokoh berjejer di sepanjang jalan desa. Banyak yang mengira yang tinggal di tempat itu adalah "sultan", tapi pemiliknya adalah penduduk desa yang sukses berdagang tas.
Pemandangan di Dusun Pangauban yang berada di Desa Jangkurang Kecamatan Leles Garut, Jawa Barat, sangat berbeda jika dibandingkan dengan desa lain di Garut. Di Dusun pangauban terdapat puluhan rumah besar dan mewah berjejer di sepanjang jala desa. Kondisi di Dusun Pangauban mendadak ramai menjadi perbincangan di medsos karena disebut sebagai "Desa Sultan".
Dari hasil penelusuran, ternyata sebagian besar warga di Dusun Panaguban adalah berprofesi sebagai pedagang tas. Mereka sukses bergelut dibidangnya sehingga bisa membangun rumah yang besar dan mewah di kampungnya.
Salah seorang pemilik rumah sultan yang berhasil ditemui adalah Haji Amang, ia satu dari puluhan pedagang tas yang sukses hingga memiliki rumah mewah. Ia mengaku bisa seperti sekarang bukan lah secara tiba - tiba, melainkan penuh dengan perjuangan dan air mata.
"Jualan tas, awalnya saya ikut menjahit tas, produksi sendiri kemudian dipasarkan sendiri. Ya cara jualannya keliling, sampe ke Sumatera, Lampung, bahkan ke Bali. Jadi gak tiba-tiba begini, sempat jatuh juga usahanya, sempat tertipu juga," kata H Amang, Selasa (25/07/2023).
Ia menambahkan bahwa penyematan Kampung sultan dianggap biasa saja, sudah sejak tahun 2000, Dusun Pangauban memang seperti ini.
"Dari tahun 2000 juga begini, jadi ya biasa saja gak ada yang istimewa. Intinya kita yang dagang nah istri yang pegang uangnya, kalo laki-laki pegang uang soalnya habis terus," tambahnya sambil tersenyum.
Kepala Dusun Pangauban menyatakan, bahwa terdapat 70 pedagang tas keliling yang memang dianggap sukses hingga memiliki rumah mewah. Di Kampung ini ia menyatakan tak ada yang menganggur, bahkan menyerap tenaga kerja sebagai penjahit tas dari luar kampung.
"Disini tak ada yang menganggur, pemuda, ibu rumah tangga ikut bantu suaminya menjahit juga. Jadi misal kalo anak keluar sekolah langsung belajar menjahit tas langsung kerja, jadi gak ada istilah lulus sekolah warga sini bekerja ke luar kota atau bekerja ke pabrik," kata Deni Ramdani, Kepala Dusun Pangauban.
Ia menambahkan bahwa pemberian nama Kampung Sultan dianggap biasa saja, karena memang sudah sejak lama Dusun Pangauban seperti ini.
"Biasa saja pak, gak ada keistimewaan disebut kampung sultan. Intinya mau bekerja keras, sehingga bisa sukses, mereka warga sebagai pedagang tas sekolah dan berdagang keliling sampe luar Jawa," tutupnya.
Menyimak fenomena Kampung Sultan di Garut, mengajarkan bahwa setiap manusia yang mau bekerja keras maka hasilnya tak akan mengecewakan. Selain membutuhkan pengorbanan yang perih, contoh pedagang tas sekolah di Dusun Pangauban memberi makna, bahwa tak ada yang datang tiba-tiba kepada kita, sehingga perlu proses dan perjuangan.
(thh/ fis)