- aris wiyanto
Dukung Prabowo Subianto di Pilpres, Ini Alasan Erick Thohir
Kemudian, yang kedua Erick Thohir menyatakan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat kepada Presiden Jokowi masih 88 persen dan tidak ada pemimpin dunia yang memiliki rating atau peringkat seperti itu.
"Bapak Presiden kita, Bapak Jokowi tingkat kepercayaan publiknya masih 88 persen, pemimpin dunia mana yang punya rating seperti itu. Beliau (Presiden Jokowi) manusia, pasti ada kekurangan, kita di sini juga banyak kekurangan, saya apalagi kekurangannya banyak. Tapi yah kita melihat beliau masih figur yang luar biasa, membawa bangsa kita di dalam situasi pertumbuhan ekonomi yang baik," ujarnya.
Ia juga mencontohkan, bahwa saat ini banyak yang mengkritik soal harga pangan mahal tetapi kalau melihat tingkat inflasi Indonesia saat ini 2,6 persen. Padahal menurutnya harga mahal itu terjadi karena beberapa faktor.
"Contoh, banyak yang kritik harga mahal, orang inflasi kita 2,6 persen yang namanya harga pangan, ya kadang-kadang mahal, kadang-kadang murah, situasi tergantung, ada perang Ukraina, bagaimana penindasan di Gaza, kemarin ada laut merah, logistik terganggu, iya bisa bisa mahal, gituloh," ujarnya.
"Tetapi data menyatakan 2,6 persen, coba kita bandingkan inflasi dengan negara-negara lain di dunia, 10 sampai 15 persen, jauh. Mereka tidak marah, kalau di sini disuruh marah, kan aneh gitu. Itu kayak gitu-gitu, kembali yang saya bilang kita sebagai bangsa jangan sering mendiskreditkan mempermalukan muka kita sendiri," lanjutnya.
Sehingga, hal itu disoroti oleh media asing dan membangun persepsi seakan-akan bangsa Indonesia ini rendah dan persepsinya tidak bagus. Padahal Indonesia adalah bangsa yang besar dan tingkat ekonominya masuk 16 besar.
"Di mana akhirnya media asing persepsinya terbangun, seakan-akan bangsa kita ini bangsa yang rendah, persepsinya jelek. Padahal, kalau kita lihat hari ini, bangsa kita bangsa besar, lihat saja kita ini, ekonominya 16 besar di dunia menuju 4 sampai 5 besar sekarang," ujarnya.
"Pertanyaannya, bangsa-bangsa lain senang tidak kalau kita ranking 4 sampai 5, ekonomi terbesar di dunia, nggak. Kenapa nggak? karena bangsa-bangsa lain juga berkompetisi, ibarat lomba lari pertandingan sepakbola maunya menang. Kita, jangan memecah belah diri sendiri, yang akhirnya tadi kesempatan emas kita untuk menjadi bangsa yang ekonomi nomor 4 dan 5 terhambat karena apa, yang merusak kita sendiri," katanya.