- Kolase Tim tvOnenews
Masih Ingat Maman Abdurrahman? Bek Tangguh Timnas Indonesia, Tak Disangka Kondisinya Kini Justru...
tvOnenews.com - Bagi para pencinta sepak bola nasional, nama Maman Abdurahman tentu membawa kenangan tersendiri.
Sosoknya begitu melekat di hati pendukung Timnas Indonesia dan Persija Jakarta, dikenal sebagai bek tangguh dengan disiplin tinggi, keberanian luar biasa, dan jiwa kepemimpinan di lapangan.
Namun, siapa yang menyangka, setelah memutuskan gantung sepatu, jalan hidup Maman justru membawanya ke babak baru yang tak kalah menginspirasi.
- ANTARA
Pada 18 Juni 2025, Maman resmi mengumumkan pensiun dari sepak bola profesional.
Keputusan itu menjadi penanda berakhirnya perjalanan panjang yang telah ia jalani selama lebih dari dua dekade.
Tapi, kariernya di dunia sepak bola ternyata tidak berhenti begitu saja.
Persija Jakarta segera memberikan kepercayaan besar dengan menunjuknya sebagai pelatih tim muda, bukti nyata bahwa klub ibu kota tersebut begitu menghargai jasa dan dedikasi sang legenda.
Perjalanan Maman di dunia sepak bola dimulai sejak 2001, ketika ia bergabung dengan Persijatim Solo FC (yang kini dikenal sebagai Sriwijaya FC).
Berkat penampilannya yang konsisten dan keuletannya di lini pertahanan, ia sempat membela sejumlah klub besar seperti PSIS Semarang, Persib Bandung, hingga akhirnya berlabuh di Persija Jakarta, tempat di mana ia meraih sebagian besar kesuksesannya.
- Kolase Tim tvOnenews
Tahun 2006 menjadi momen istimewa dalam kariernya. Saat itu, ia dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Liga Indonesia bersama PSIS Semarang, sebuah prestasi luar biasa bagi seorang bek.
Bersama Persija, ia turut mempersembahkan deretan trofi bergengsi seperti Liga 1 dan Piala Presiden 2018, serta Piala Menpora 2021.
Namun, di balik sederet pencapaian itu, perjalanan Maman tak selalu mulus.
Ia pernah berada di titik terendah akibat cedera lutut parah yang hampir memaksanya pensiun dini.
Saat kariernya tengah menanjak, ia harus absen selama delapan bulan untuk memulihkan diri.
“Saya hampir pensiun karena cedera lutut. Tapi saya tidak memilih operasi, hanya terapi dan perawatan. Tapi lama sekali sembuhnya,” ujar Maman dalam kanal YouTube GOAT milik sahabatnya, Greg Nwokolo.
Masa pemulihan itu menjadi periode sulit dalam hidupnya. Ia memilih menjauh sepenuhnya dari sepak bola, tidak bermain, bahkan tidak menonton, hanya fokus pada proses penyembuhan.
Namun, tekadnya untuk bangkit kembali muncul saat melihat perjuangan rekan-rekannya seperti Bima Sakti dan Boaz Solossa yang juga mampu kembali dari cedera berat.
Momen titik balik datang dari hal yang tak terduga sebuah pertandingan tarkam.
Saat bertabrakan dengan pemain asing asal Afrika, Maman menyadari sesuatu yang luar biasa, lututnya tak lagi terasa sakit. Dari situ ia yakin, dirinya sudah pulih sepenuhnya.
Tak hanya bersinar di level klub, Maman juga menjadi bagian penting dari Timnas Indonesia antara tahun 2004 hingga 2010, mencatatkan 29 caps.
Ia ikut memperkuat Garuda di Piala Asia 2007 dan menjadi bagian dari skuad yang membawa Indonesia menjadi runner-up Piala AFF 2010.
Salah satu kenangan yang tak terlupakan adalah saat ia tampil menghadapi Uruguay dalam laga persahabatan tahun 2010, membuktikan kualitasnya sebagai bek tangguh yang tak gentar melawan pemain kelas dunia.
Bahkan ketika usianya telah mencapai 42 tahun, Maman masih aktif bermain secara profesional bersama PSPS Riau di Liga 2.
Ia tetap menjaga fisik dan mental layaknya pemain muda, dengan menerapkan pola hidup sehat, latihan rutin, serta istirahat yang cukup.
Walau gagal membawa timnya promosi ke Liga 1, Maman tetap merasa bangga atas perjuangan tersebut.
Baginya, yang terpenting bukan sekadar hasil, melainkan menghormati profesi dengan dedikasi dan disiplin.
- Persija
Kini, setelah menutup lembaran panjang sebagai pemain, Maman Abdurahman melanjutkan kiprahnya di dunia sepak bola dengan peran baru sebagai pelatih tim muda Persija Jakarta.
Langkah ini menjadi bukti bahwa semangatnya untuk membangun sepak bola Indonesia belum padam.
Maman adalah sosok nyata bahwa mental kuat, kerja keras, dan cinta terhadap profesi mampu menjaga seseorang tetap relevan, bahkan setelah masa keemasannya berlalu.
Ia bukan sekadar bek yang tangguh di lapangan, tapi juga figur inspiratif bagi generasi muda.
Dari pemain yang disegani di lapangan hijau, kini Maman berdiri di pinggir lapangan untuk menularkan pengalaman dan semangatnya. (tsy)