- Instagram/@liverpoolfc
Nasib Buruk The Reds di Liga Champions! Liverpool Dipermalukan PSV Eindhoven
Satu-satunya momen berarti yang dimiliki Liverpool di babak pertama muncul pada menit ke-32. Virgil van Dijk naik membantu serangan dan menyambut bola dengan sundulan keras. Namun, si kulit bundar hanya membentur mistar gawang dan memantul keluar, membuat publik Anfield kembali menghela napas kecewa.
Babak Kedua: Kekacauan Total Liverpool
Memasuki babak kedua, bukannya membaik, permainan Liverpool justru kian kacau. Koordinasi lini belakang berantakan, transisi bertahan lambat, dan lini tengah gagal mengendalikan tempo.
Pada menit ke-56, PSV memanfaatkan kekacauan tersebut. Guus Til menerima bola di dalam kotak penalti, memutar badan, lalu melepaskan penyelesaian klinis yang tak mampu dijangkau Mamardashvili. Skor berubah menjadi 2-1 untuk PSV dan tekanan di kubu Liverpool makin berat.
Tertinggal, The Reds mencoba menaikkan intensitas permainan. Namun, serangan mereka mudah dipatahkan dan sering kali berujung pada kehilangan bola yang justru mengundang serangan balik berbahaya dari PSV.
Puncak kejatuhan Liverpool terjadi pada menit ke-73. Bola liar di kotak penalti tak mampu dibersihkan dengan baik oleh para pemain belakang. Couhaib Driouech, yang berada di posisi ideal, langsung menyambar bola muntah dan menceploskannya ke gawang. PSV menjauh 3-1, sementara wajah-wajah frustasi terlihat jelas di skuad tuan rumah.
Belum cukup sampai di situ, Driouech kembali menjadi mimpi buruk bagi Liverpool di masa tambahan waktu. Pada menit ke-90+1, ia lolos dari kawalan dan dengan tenang melepaskan lob halus yang melewati jangkauan Mamardashvili, mengunci kemenangan telak PSV 4-1.
Pertahanan Rapuh, Konsentrasi Buyar
Kekalahan ini menyoroti banyak masalah di tubuh Liverpool, terutama di lini belakang. Virgil van Dijk, yang biasanya menjadi tembok kokoh, beberapa kali terlalu mudah dilewati. Rekan-rekannya di lini pertahanan juga kerap salah posisi dan terlambat melakukan antisipasi.
Mamardashvili dipaksa bekerja keras sepanjang pertandingan, namun tak mampu menutupi semua celah yang ditinggalkan barisan belakang. Tanpa perlindungan yang solid di depan gawang, setiap serangan PSV terasa berpotensi menjadi gol.
Di lini tengah, Liverpool gagal menguasai ritme permainan. Tekanan yang biasanya menjadi ciri khas tim ini tak berjalan maksimal, membuat PSV leluasa membangun serangan.