- PT Liga Indonesia Baru (LIB)
Fakta Mengejutkan di Balik Meredupnya Michael Essien di Persib Bandung, Rupanya saat di Chelsea Dipaksa
tvOnenews.com - Bagi bobotoh, sosok mantan bintang Chelsea, Michael Essien, tentu sulit dilupakan. Gelandang asal Ghana itu pernah memperkuat Persib Bandung pada musim 2017, didatangkan sebagai hadiah spesial ulang tahun Persib yang ke-84.
Kehadirannya sempat membuat publik sepak bola Indonesia heboh. Wajar saja, Persib berhasil memboyong pemain yang pernah membantu Chelsea menjuarai Liga Champions 2011/2012 serta dua gelar Liga Inggris pada musim 2005/2006 dan 2009/2010.
Selain Chelsea, Essien juga pernah membela Real Madrid dan AC Milan.
Namun, ekspektasi tinggi bobotoh tak sepenuhnya terwujud. Essien beberapa kali mengalami cedera, termasuk ketika harus menepi setelah mengikuti turnamen pramusim Piala Presiden 2018.
Meski dikontrak satu musim untuk meningkatkan kualitas permainan Persib, kontribusinya tidak sesuai harapan. Di bawah asuhan Mario Gomez, Persib tak menunjukkan peningkatan berarti, sementara Essien sendiri hanya mencatat lima gol dan satu assist dari 30 laga.
- VIVA.co.id/Muhammad Ali Wafa
Di balik performanya yang tidak maksimal, mantan fisioterapis Timnas Indonesia era Alfred Riedl, Matias Ibo, mengungkapkan fakta mengejutkan mengenai kondisi Essien.
Menurutnya, ada kebiasaan yang dilakukan Essien saat masih di Chelsea yang berdampak pada kariernya bersama Persib.
Awalnya, Matias menjelaskan soal penggunaan painkiller yang kerap dianggap sebagai solusi meredakan nyeri ketika pemain sedang mengalami cedera.
"Pada saat kami misalnya kalau ada alternatif menyuntik, ini timnya baru, Alfred Riedl, Wolfgang, Eddy Harto, Mas Widodo, Izar Lubis, fisioterapinya Persija, dia sudah ada di situ sebelum saya, jadi saya tandeman sama dia di Piala AFF 2010," ungkapnya dalam kanal YouTube Dens.TV.
Ia menegaskan bahwa pihak medis tidak pernah menyarankan penggunaan suntikan tersebut.
"Tapi kalau mengenai suntik menyuntik dan segala sesuatu, kita nggak tahu ya, itu biasanya kalau pemain melakukannya, mereka melakukan sendiri. Tapi kalau kita, tidak menyarankannya, sekali lagi di situ," ujarnya.
Matias yang pernah menempuh pendidikan Fisioterapi di Belanda menjelaskan bahwa penggunaan painkiller memiliki efek samping serius.
"Kalau kita menyuntik untuk menghilangkan rasa sakitnya, terus dia dipaksa bermain, efek suntikannya hilang, itu sakitnya lebih parah lagi, makanya harus berhati-hati sekali," pesannya.
Selain itu, ia mengingatkan bahwa suntikan tertentu juga bisa melanggar aturan sepak bola, terutama jika terjadi overdosis dan pemain terkena pemeriksaan doping.
"Jadi harus hati-hati di situ, semuanya ada aturannya," ujarnya.
Saat host Afif Xavi menanyakan apakah ada pemain yang pernah menggunakan painkiller, Matias memberikan jawaban mengejutkan.
"Ada nggak sih pemain luar negeri yang kayak gitu (pakai painkiller)?" tanya Afif.
Matias pun menyebut nama Michael Essien.
"Mungkin udah aman sekarang ngomongnya, Michael Essien waktu main di Persib Bandung," ujarnya.
Ia bahkan pernah bertemu langsung dengan Essien.
"Saya ketemu sekali dengan dia, jadi ada temen yang menyarankan, ketemu dong, terus saya ketemu dia, dia masalah lutut kan waktu itu beberapa kali," jelas Matias.
Menurutnya, Michael Essien mengalami masalah lutut serius sampai harus menjalani prosedur medis.
"Dia sekali-sekali harus ke rumah sakit untuk menyedot cairan dari lututnya, nah cairan itu berwarna-warni kan, kok bisa berwarna-warni gini?" tanya Matias kepada Essien.
Jawaban Essien membuatnya terkejut.
"Dia bilang waktu saya di Chelsea, dipaksa untuk bermain sakit, jadi dikasih suntikan. Jadi itu efek jangka panjangnya pada saat dari Chelsea," terangnya.
Matias juga menyinggung salah satu insiden besar ketika Jose Mourinho berselisih dengan tim medis Chelsea terkait kondisi pemain.
"Nah berantem, karena salah satunya dari situ, karena dari tim medic-nya nggak mau melakukan itu, tapi dipaksa oleh pelatihnya," pungkasnya. (ind)