- Antara
Kompetisi Dihentikan Karena Dualisme, Ilija Spasojevic Kenang Saat Persib Tak Gaji di Piala Presiden 2015
Jakarta, tvOnenews.com - Eks pemain Timnas Indonesia, Ilija Spasojevic memang hanya satu musim di Persib Bandung.
Bahkan pada musim 2015 tersebut Ilija Spasojevic tak sempat bermain banyak untuk Persib di kompetisi Liga 1.
"Tapi ini seperti destiny untuk saya main menjadi pemain Persib waktu itu, kalau tidak salah ada 16 striker on trial dan semua gagal," kata Ilija Spasojevic dikutip dari kanal YouTube Sports 77, Selasa (20/5/2025).
Ilija Spasojevic yang saat itu membela Pelita Bandung Raya pun akhirnya setuju bergabung dengan Persib.
"Pada akhirnya Pelita Bandung Raya dan Persib Bandung deal, saya tidak tahu detailnya, tapi saya senang akhirnya main di Persib," kenang Spaso.
Sayangnya, FIFA membekukan sepak bola Indonesia yang membuat Ilija Spasojevic tak bisa memperkuat Persib di kompetisi resmi.
"Pada akhirnya saya main untuk Persib, tapi main dua atau tiga pertandingan kayaknya, liga berhenti lagi," katanya.
Saat kompetisi dibekukan, Spasojevic memilih untuk pulang ke Montenegro dan tak ada kabar sampai hampir tiga bulan lamanya.
Sampai akhirnya ada kabar soal Piala Presiden edisi pertama yang dibuat untuk mengisi kekosongan kompetisi.
"Itu saya pertama kali main tidak digaji, jadi tidak ada kontrak," kata Spaso.
Spaso saat itu sedang di Montenegro khawatir karena tak pelatih Persib saat Djadjang Nurdjaman tak memanggilnya kembali ke Indonesia saat teman-temannya dipanggil lagi untuk latihan.
"Saya tunggu pelatih dari Coach Djanur, tapi tidak ada, saya kaget, suatu hari saya yang telfon dia dan tanya kenapa saya tidak ditelfon," kenang Spaso.
Spaso pun mendapatkan penjelasan tentang nasibnya di Persib bahwa dia tidak bisa memanggil Spaso karena tak ada gaji hingga fasilitas selama tampil di Piala Presiden.
"Saya mau main, saya bilang ke dia, tidak apa-apa tidak ada gaji, fasilitas transportasi, saya bayar rumah dan mobil sendiri karena saya mau main untuk Persib Bandung," kata Spaso.
Spaso mengakui bahwa ada risiko besar ketika memutuskan untuk bermain di turnamen tanpa adanya kontrak sehingga jika cedera tak ada yang bisa disalahkan.