- instagram @dejan_fc
Dulunya Dipuja saat Main di Tim-tim Besar Liga Indonesia, Pemain Naturalisasi ini Akui Kaget saat Harus Pindah ke Klub Tarkam
tvOnenews.com - Salah satu pemain asing yang sudah lama bermain di Liga Indonesia yakni Silvio Escobar baru-baru ini menceritakan kisah saat dirinya pertama kali menginjakan kaki di Indonesia.
Mulai dari bermain di Liga Indonesia hingga akhirnya bermain di turnamen sepak bola tarkam (antar kampung).
Kisah tersebut disampaikan oleh Silvio Escobar saat dirinya menjadi bintang tamu di acara Sportcast 77 yang tayang di kanal Youtube Sport 77 Official.
Pada kesempatan itu, Escobar menceritakan bagaimana perasaannya saat pertama kali harus bermain di Indonesia.
Persepam Madura merupakan klub Indonesia pertama yang dibela oleh Silvio Escobar pada tahun 2014 lalu.
Tapi ternyata, sebelum bergabung dengan Persepam Madura, Silvio Escobar bercerita jika dirinya sempat mengikuti seleksi dengan Mitra Kukar namun tidak lolos.
Escobar pun kembali mencoba peruntungan dengan mengikuti seleksi di Persepam Madura dan bermain di ajang Inter Island Cup 2014.
Pertama kali bermain di Indonesia, Silvio Escobar mengaku kalau dirinya merasakan suasana pertandingan yang sangat luar biasa meriah.
Dirinya mengaku kagum pada para suporter Indonesia yang selalu memenuhi stadion.
"Waktu di Inter Island Cup 2014 sudah suanan luar biasa, suporter full, di Paraguay juga suka sepak bola tapi tidak terlalu seperti disini," ungkap Silvio Escobar.
Setelah penampilannya di Inter Island Cup 2014, Silvio Escobar pun menandatangani kontrak dengan Persepam yang bermain di Liga Indonesia.
Sejak saat itulah, Escobar mulai merasakan bagaimana kerasnya permainan klub-klub di Liga Indonesia.
"Yang paling main keras itu tim Raja Ampat (Persiram) mereka tidak manusiawi, kita waktu itu main di Jogja mereka injak, di ludahi kita, wasit cuma bilang lanjut, wasit juga takut kayanya, serius ini," kata Escobar.
Silvio Escobar (sumber: Madura United)
Satu musim membela Persepam, pada tahun 2015 Silvio mengatakan jika dirinya mendapatkan kesempatan untuk gabung dengan Bali United.
Namun sayang, kompetisi Liga Indonesia saat itu tengah dibekukan karena adanya kisruh di dalam tubuh Federasi sehingga mendapatkan sanksi dari FIFA.
Hal itu membuat Escobar mulai mencicipi turnamen sepak bola antar kampung atau kompetisi tarkam.
"Tahun 2015 saya mau ke Bali cuma liga berhenti sekitar 4 bulan atau 5 bulan, disitu saya kenal tarkam saya diajak agen Agung," kata Silvio Escobar.
"Kita berhenti kompetisi ada beberapa pemain Paraguay yang tinggal disini, kita latihan dan ada orang Indonesia juga disitu. Jadi mungkin ada komunikasi dengan agen yang sedang cari pemain asing latin (buat Tarkam) disitu saya diajak," terangnya.
Escobar pun mengatakan jika saat itu dirinya mendapatkan bayaran sebesar Rp 1.500.000 untuk satu kali bertanding.
"Pertama kali main Rp. 1.500.000 satu pertandingan, tapi jauh sekali, terus lapangan batu semua, tapi gimana lagi ya kita tidak ada pemasukan," ungkapnya.
Bahkan Escobar mengatakan jika dirinya cukup sering bermain di turnamen sepak bola tarkam.
"Seru, ada pemain tarkam yang berkualitas tapi itu masih gampang buat kita (profesional) karena waktu itu ada beberapa pemain yang sudah tua juga," ungkap Escobar.
"Dari situ mulai sering diajak buat tarkam hampir setiap hari dan harga naik karena cetak gol terus," sambungnya.
Meski begitu, Silvio Escobar sadar jika bermain tarkan memiliki resiko yang sangat tinggi untuk cedera.
Dia pun mengaku sebagai pemain profesional mengerti dan selalu berhati-hati saat bermain tarkam.
"Tapi kalo profesional kan kita tahu resikonya, jadi tau kapan ambil kapan tidak jadi resikonya kita tahu sendiri," ungkap Escobar.
Melansir dari laman transfermarkt, Silvio Escobar sendiri saat ini bermain untuk klub Dejan FC yang tampil di Liga 2.
Escobar pindah ke Dejan FC setelah menghabiskan satu musim membela Persela Lamongan.
Silvio Escobar juga sudah berstatus sebagai seorang WNI setelah pada tahun 2016 lalu dirinya memutuskan untuk menjalani proses naturalisasi.
"Thaun 2016 urus dokumen naturalisasi, di Persija mereka janji akan bayar proses naturalisasi jadi WNI, tapi saya akhirnya bayar proses naturalisasi sendiri dua minggu 3 minggu langsung selesai," pungkasnya.
(akg)