Netizen Harus Waspada! Presiden FIFA Umumkan Operasi Besar Kekerasan Daring di Sepak Bola, 11 Pelaku Telah Diteruskan ke Penegak Hukum

Jakarta, tvOnenews.com - Presiden FIFA, Gianni Infantino, pada Minggu (16/11/2025), mengumumkan pihaknya akan melakukan operasi besar kekerasan dalam jaringan (daring) di sepak bola. Salah satu dampak dari operasi itu, 11 pelaku telah diteruskan ke penegak hukum.

FIFA berkomitmen menjalankan operasi besar untuk membasmi kekerasan daring (online). Operasi digital terbesar itu dilakukan untuk melawan ujaran kebencian, rasisme, hingga perundungan yang menyerang pemain, pelatih, dan ofisial.

“Pada hari Toleransi Internasional, saya ingin menegaskan bahwa sepak bola harus menjadi ruang yang aman dan inklusif, di lapangan, di tribun, maupun daring,” kata Infantino di unggahan Instagramnya.

“Melalui FIFA Social Media Protection Service (Layanan Perlindungan Media Sosial) dan dengan menerapkan teknologi maju serta keahlian manusia, FIFA mengambil tindakan tegas untuk melindungi para pemain, pelatih, tim-tim, dan ofisial pertandingan dari bahaya serius akibat perundungan daring,” tambah dia.

Lebih lanjut, Infantino menegaskan bahwa perundungan tidak memiliki tempat di sepak bola. Karenanya, pihaknya akan bekerja sama dengan asosiasi-asosiasi serta konfederasi anggota, dan para penegak hukum, untuk meminta pertanggungjawaban dari para pelaku.

Nantinya, para pelaku perundungan daring juga akan dimasukkan dalam daftar hitam (black list) pada penjualan tiket turnamen-turnamen FIFA. Hal ini tentu harus diperhatikan oleh para netizen di seluruh dunia khususnya warganet Indonesia.

“Pesan kami jelas: pelecehan tidak memiliki tempat dalam olahraga kami, dan kami akan terus bekerja sama dengan Asosiasi Anggota, konfederasi, dan otoritas penegak hukum untuk meminta pertanggungjawaban para pelaku,” tegas Infantino.

“Perilaku ini tidak memiliki tempat dalam sepak bola maupun di masyarakat, dan FIFA mengambil semua langkah yang memungkinkan dengan melaporkan insiden-insiden ini dan juga dengan memasukkan individu-individu ke dalam daftar hitam agar tidak membeli tiket turnamen FIFA,” katanya.

Adapun, layanan ini pertama kali diuji di Piala Dunia Qatar 2022. FIFA pun akan diperluas besar-besaran menuju Piala Dunia 2026.