- FA Malaysia
FA Malaysia Sebut Tak Mampu Ikuti Jejak Indonesia dalam Naturalisasi Pemain Timnas
tvOnenews.com - Presiden FA Malaysia Datuk Haji Hamidin Mohd Amin mengakui tak bisa mengikuti jejak Indonesia dalam menaturalisasi pemain Timnas.
Datuk Haji menyebut ada keterbatasan yang dimiliki oleh pemain keturunan Malaysia yang berada di luar negeri.
Tak seperti Timnas Indonesia yang bisa mudah menemukan pemain di luar negeri karena pernikahan campuran, warga Malaysia jarang melakukan pernikahan campuran.
"Saya pikir pemain keturunan itu perlu dilihat, banyak yang tak ada kaitan langsung, pemain keturunan ini adalah ada ibu atau ayah dia adalah orang Indonesia, jadi mereka layak mendapatkan paspor dan boleh bermain," kata Datuk dalam kanal YouTube Harimau Malaya, dikutip Rabu (8/5/2024).
Presiden FA Malaysia mengakui sulit untuk menemukan pemain keturunan dengan kualitas yang tinggi untuk membela Malaysia.
"Tidak akan sama dengan Filipina dan Indonesia yang punya banyak pemain keturunan yang banyak dan bisa mereka pilih, kita terbatas, apalagi banyak yang palsu, belum tentu ada turunan ayah dan ibu dari Malaysia," tegas Datuk.
Datuk mengakui tak sedikit pemain yang mengaku punya garis keturunan Malaysia. Meski ada pun, aku Datuk, sulit untuk menemukan karena pernikahan campuran tak banyak terjadi di Malaysia.
"Kita tak mungkin seperti Indonesia dan Filipina, dimana disana banyak yang menikah dengan warga luar negeri, kita lebih sedikit," kata Datuk.
Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong mencari pemain keturunan. Dok. Instagram/Jens Raven
Keberhasilan Timnas Indonesia pun tak lepas dengan menurunkan pemain muda dalam berbagai ajang penting seperti Kualifikasi Piala Dunia 2026 serta Piala Asia.
Hasilnya pun terlihat di Piala Asia U-23, dengan Shin Tae-yong yang menurunkan tim yang didominasi pemain senior, Timnas Indonesia U-23 pun mampu mencapai peringkat keempat.
Bagi Datuk, hal tersebut belum tentu bisa diterapkan di Malaysia, mengingat ada perubahan filosofi bermain dari kedua tim.
"Mungkin cara itu bisa sesuai dengan Indonesia, tapi mungkin tak bisa diterapkan Malaysia, kami tak bisa lakukan hal yang sama, pasti ada yang berbeda," kata Datuk. (hfp)