news

Daerah

Bola

Sport

Gaya Hidup

Video

Tvone

Remy Sylado.
Sumber :
  • Antara

Secangkir Kopi Susu Terakhir Remy Sylado

Remy Sylado berpulang Senin (12/12) pagi. Indonesia kehilangan lagi salah satu seniman terbaiknya.
Rabu, 14 Desember 2022 - 13:40 WIB
Reporter:
Editor :

Penampilannya dalam drama romantis dalam film Tinggal Sesaat Lagi (1986), drama keluarga Akibat Kanker Payudara (1987) dan drama keluarga 2 dari 3 Laki-Laki (1989) mendapatkan apresiasi dan pujian yang kesemuanya itu membuatnya mendapatkan nominasi untuk Piala Citra di Festival Film Indonesia, ketiganya sebagai Aktor Pendukung Terbaik. 

Di dunia jurnalistik Remy memulai karier sebagai wartawan majalah Tempo (Semarang, 1965), redaktur majalah Aktuil (sejak 1970). Satu kali ia menunjukkan kartu anggota PWI nya yang sudah lusuh atau usang, sudah lama habis masa berlakunya. Ia berharap bisa dihidupkan lagi. Saya sanggupi. Lalu dia minta saya mengutarakan alasannya. Saya sampaikan alasannya. 

"Karena seluruh Indonesia tahu Anda memang jurnalis. Anda terus berkarya secara riil sebagai wartawan hingga kini. Asal tahu saja, masyarakat hanya memberi pengakuan pada karya jurnalistik, bukan pada orang yang mengantongi kartu anggota organisasi wartawan," saya jelaskan begitu dan Remy merespons memberi hormat. 

Kami pun terlibat diskusi mengenai fenomena banyak kartu anggota organisasi wartawan yang dikantongi orang yang tidak berhak.Bahkan juga beberapa  pengurus organisasinya.

Berkunjung ke kantor PWI

Remy datang ke kantor PWI Pusat menjemput kartu anggotanya sambil bersantap siang dengan masakan gulai kepala ikan kesukaannya. Argumentasi serupa itu saya sampaikan juga kepada almarhum Prof Azyumardi Azra sewaktu beliau mengingatkan pernah menjadi anggota PWI saat menjadi wartawan Majalah Panji Masyarakat yang dipimpin Buya Hamka. Kartu PWI baru kedua tokoh itu diproses dengan cepat oleh pengurus PWI Pusat, sehingga dapat dicatat Remy dan Prof Azyumardi Azra adalah anggota PWI hingga akhir hayat.

Berkarya Sejak Remaja  

Remy mengawali debut menulis kritik, puisi, cerpen, novel, drama, kolom, esai, sajak, roman populer, juga buku-buku musikologi, dramaturgi, bahasa, dan teologi sejak usia remaja (18 tahun). Remy terkenal karena keliaran imajinasinya dalam karya dan sikap beraninya menghadapi pandangan umum melalui pertunjukan-pertunjukan drama yang dipimpinnya.

Remy  salah satu pelopor penulisan Puisi mBeling bersama pelukis Jeihan dan Abdul Hadi WM. Selain menulis banyak novel, ia juga dikenal piawai melukis, berdrama, dan tahu banyak tentang film. Remy pernah dianugerahi hadiah Kusala Sastra Khatulistiwa 2002 untuk novelnya Kerudung Merah Kirmizi.

Berita Terkait

1 2
3
4 5 Selanjutnya

Topik Terkait

Saksikan Juga

11:47
15:11
07:39
18:33
03:26
01:19

Viral