The Mauritanian.
Sumber :
  • Instagram @themauritanian

The Mauritanian, Hati Nurani Manusia Tak Bisa Dipermainkan!

Selasa, 9 Agustus 2022 - 22:57 WIB

Jakarta - Masih ingat dengan Jodie Foster? Pasti banyak yang tahu dan tidak juga. Dia adalah bintang film Hollywood yang muncul melalui film Taxi Driver tahun 1976. Di film itu dia berperan sebagai pelacur cilik. 

Lama tak mendengar atau mengikuti kiprahnya di blantika film Hollywood, karena tak banyak juga gosip soal kehidupan pribadinya. 

Jodie Foster muncul dalam film The Mauritanian yang saat ini sedang tayang di jaringan bioskop Indonesia. Sebuah film drama hukum yang mengangkat kisah nyata perjuangan Mohamedou Ould Slahi untuk meraih kebebasan setelah ditahan dan disiksa di penjara Guantanamo

Jodie berperan sebagai Nancy Hollander, pengacara yang dikenal membela orang-orang tertindas. 

Kini Nancy melawan opini publik Amerika yang demikian geram kepada pelaku dan yang terkait dengan pelaku penyerangan Gedung WTC New York dan dikenal sebagai peristiwa 9/11. Ditambah lagi Islamophohia di AS sangat tinggi. 

Dalam membela pelaku terkait aksi teroris Mohamedou Ould Slahi (yang tak pernah terbuktikan), Nancy dibantu oleh Teri Duncan yang diperankan Shailene Woodley memerangi pemerintah AS, di bawah Presiden Obama. Dia tak takut. 

"Apakah saya membela pelacur, lantas saya jadi pelacur?!" jawab Nancy tegas saat di tanya oleh satu wartawan/media. 

Karakter pengacara diperankan dengan baik oleh Jodie. Tidak seperti karakater pengacara dalam film The Devil's Advocate, Al Pacino yang menggunakan segala cara untuk memenangkan perkara. Namanya juga "iblis".

Karakter advocat di film The Mauritanian menampilkan wanita separuh baya, berpenampilan chic, dingin dan tegas. Pintar, pasti. 

Bagaimana cara dia mengumpulkan fakta dari ribuan dokumen yang diperoleh melalui perjuangan yang tidak mudah. Selain itu, mengumpulkan fakta yang dia gali dengan susah payah dari kliennya. Jadi dia benar-benar menguasai masalah. Karena itu, Nancy dalam menyusun pembelaannya sangat yakin, bahwa kliennya tidak bersalah. 

Meski koleganya Teri Duncan sempat balik arah dan yakin Slahi bersalah setelah membaca dokumen pengakuan Slahi. Nancy kemudian meminta Teri untuk meninggalkannya. 

Sutradara Kevin McDonald menampilkan bagaimana dia yang semula disangsikan oleh kliennya, Mohamedou Ould Slahi, seorang tertuduh teroris terkait 9/11 WTC New York. Hingga kliennya demikian yakin padanya. Tanpa bumbu hubungan percintaan seperti biasanya. 

Salah satu pengaruh Nancy kepada kliennya adalah Ould Slahi mau menulis apa yang dialaminya untuk dijadikan buku. Meski Mohammedou sanksi, tapi akhirnya dilakukan Slahi. Meski tulisan kesaksian itu sampai ke Nancy sudah tersensor. 

Mohamedou Ould Slahi diperankan oleh Tahar Rahim. Sutradara Kevin mengangkat sisi ketaatan Slahi. Bagaimana Slahi sebagai hamba Allah Subhanahu wa Ta'alla sangat yakin, bahwa satu saat dia terbebas karena tidak besalah. Segala siksa yang ia alami di penjara itu ia jalanin. 

Ia bukan saja selalu menyebut asma Allah, tapi terus berdoa dan tak meninggalkan salat. 

Dengan pola/teknik kilas balik (flasback), alur cerita The Mauritanian menggugah emosi penonton. Dan sutradara Kevin McDonald, berani mengungkap fakta bahwa penjara Guantanamo, tak lebih dari ladang penyiksaan! 

Untuk menghadapi gugatan Slahi, Pemerintah AS menugaskan jaksa militer yang memiliki dendam pribadi karena sahabatnya menjadi salah satu korban 9/11 WTC. Jaksa militer itu bernama Stuart Couch diperankan oleh Benedict Cumberbatch. Stuart tak ingin Slahi bebas. 

Kembali sutradara Kevin mengangkat sisi ketaatan dalam menjalankan ibadah. Stuart seorang penganut Kristen yang taat dan jujur. Ia seperti Nancy, pekerja keras, teliti dalam mengumpulkan bahan dakwaan dan rajin ke gereja untuk berdoa. 

Hingga suatu ketika dalam tumpukan berkas dia menemukan sebuah fakta, bahwa Mohamedou Ould Slahi tidak bersalah. Dan dia pun meletakkan jabatan, mengundurkan diri. Meski atasannya murka. 

Stuart menunjukkan kepada kita, bahwa nurani dan atau jiwa manusia tak bisa dipermainkan. Benar katakan benar, salah katakan salah. Jabatan itu, sementara! 

Dan akhir cerita, happy ending bagi Mohamedou Ould Slahi. Dia diputuskan tak bersalah oleh pengadilan, meski Presiden Obama dengan berbagai upaya tetap menahannya. Hari kebahagian itu tiba Juli 2016, Mouhamadou Ould Slahi dibebaskan pemerintah AS. 

Slahi kembali ke kampung halamannya di pinggir pantai Mauritania. Disambut meriah, bak seorang pahlawan. Dan catatan hariannya diterbitkan menjadi buku dengan judul Guantanamo Diary dalam berbagai versi bahasa. 

Persahabatannya dengan Nancy Holander dan Teri Duncan tetap terjalin. Dan Slahi pun memaafkan semuanya dan tidak menaruh dendam.
 

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
02:50
03:27
02:06
03:04
03:16
05:48
Viral