- Istimewa
Keluar dari Bayang-Bayang Perlambatan Global, Ekonomi Indonesia Tancap Gas di Triwulan II 2025
Selain itu, dorongan konsumsi rumah tangga yang kuat di Triwulan II mungkin tidak terulang di Triwulan III dan IV, karena hilangnya faktor musiman seperti libur panjang dan momen keagamaan besar. Jika ekspor ikut melambat akibat tarif baru, maka laju pertumbuhan bisa terdampak.
Menghadapi tantangan ini, pemerintah memiliki tiga agenda strategis. Pertama, peningkatan kualitas sumber daya manusia, sesuai rencana strategis Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendiktisainstek) yang fokus pada penguatan pendidikan vokasi, riset dan inovasi, serta link-and-match dunia pendidikan dengan industri. Tenaga kerja yang terampil dan adaptif akan memperkuat daya saing ekspor, terutama di industri teknologi dan manufaktur modern.
Kedua, percepatan hilirisasi sumber daya alam, agar Indonesia tidak lagi hanya mengandalkan ekspor bahan mentah. Produk mineral, perkebunan, dan perikanan bernilai tambah tinggi akan memiliki posisi tawar lebih kuat di pasar global, termasuk di negara-negara yang menerapkan tarif. Diversifikasi pasar juga perlu digencarkan ke Jepang, China, dan kawasan non-tradisional.
Ketiga, menjaga stabilitas moneter yang sudah dikelola baik oleh Bank Indonesia. Hingga pertengahan 2025, inflasi tetap terkendali dan nilai tukar rupiah relatif stabil, memberikan kepastian bagi pelaku usaha dan investor. Stabilitas ini menjadi modal penting untuk menarik investasi dan menjaga kelancaran perdagangan.
Menatap Akhir Tahun dengan Optimis
Kombinasi pertumbuhan kuat, penurunan kemiskinan, dan stabilitas ekonomi menunjukkan bahwa Indonesia punya modal besar untuk tetap menjadi salah satu motor penggerak ekonomi Asia Tenggara. Meski tantangan eksternal seperti tarif impor AS membayangi, strategi yang tepat, dari peningkatan SDM, hilirisasi, hingga pengelolaan moneter, akan menjadi tameng yang efektif. Jika strategi ini dijalankan konsisten, bukan mustahil Indonesia dapat mempertahankan pertumbuhan di atas 5% hingga akhir tahun, sekaligus memperkuat posisi sebagai ekonomi besar yang resilien di tengah guncangan global.