news

Daerah

Bola

Sport

Gaya Hidup

Video

Tvone

Kaprodi KPI STAI Al-Fatah Bogor, Mahasiswa Doktoral Ilmu Dakwah UIA Jakarta Deni Rahman.
Sumber :
  • Istimewa

Bandung Spirit, Gaza, dan Janji yang Belum Lunas: Refleksi 70 Tahun Konferensi Asia Afrika bagi Kemerdekaan Palestina

Ketika Gaza hancur di hadapan mata dunia dan hukum internasional tampak mandul, kita perlu bertanya: apakah janji solidaritas yang diikrarkan 70 tahun lalu di Bandung masih berarti hari ini?
Rabu, 23 April 2025 - 22:26 WIB
Reporter:
Editor :

Sejak dimulainya agresi militer Israel ke Gaza pada Oktober 2023, jalannya sejarah di tanah terkepung itu berubah drastis menjadi lembaran hitam penuh kehancuran.

Lebih dari 51.000 nyawa melayang, sebagaimana dilaporkan oleh UN OCHA hingga Maret 2025, angka yang mengoyak nurani siapa pun yang masih memiliki kemanusiaan.

Mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak, yang terbunuh di rumah, di sekolah, atau bahkan saat berlindung di fasilitas PBB.

Ilustrasi Anak-anak Palestina di Jalur Gaza
Sumber :
  • ANTARA/Anadolu

 

Sekitar tiga perempat dari total populasi Gaza, atau lebih dari dua juta orang, terpaksa mengungsi, sering kali lebih dari satu kali. Mereka bergerak tanpa tujuan jelas, mengejar titik-titik “zona aman” yang kerap kali berubah menjadi kuburan massal setelah serangan berikutnya datang.

Situasi ini digambarkan oleh UNRWA sebagai eksodus internal yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Tak hanya manusia yang hancur, tetapi juga tatanan hidup. Sekitar 80% infrastruktur sipil di Gaza kini rata dengan tanah, termasuk rumah sakit, sekolah, tempat ibadah, jaringan air bersih, bahkan sistem sanitasi.

Ratusan fasilitas kesehatan dilumpuhkan, membuat luka kecil bisa berubah menjadi hukuman mati karena tak ada layanan medis tersisa.

Tragisnya, bahkan sebelum agresi ini, PBB telah menyatakan bahwa Gaza adalah wilayah yang "hampir tidak layak huni". Kini, deskripsi itu terasa usang.

Gaza tidak hanya nyaris tak layak huni, ia telah berubah menjadi zona kematian terbuka, di mana hukum internasional seolah tak lagi berfungsi, dan penderitaan menjadi rutinitas.

Teknologi militer canggih digunakan untuk memburu warga sipil dengan dalih membasmi milisi. Sistem AI yang disebut “Lavender” (dilaporkan oleh +972 Magazine) digunakan untuk menargetkan ribuan orang dalam hitungan menit tanpa verifikasi manusia. Ini bukan sekadar konflik; ini adalah pembantaian yang sistematis dan berbasis teknologi.

Asia-Afrika dan Dunia Muslim: Solidaritas yang Perlu Dihidupkan

Negara-negara Asia dan Afrika memiliki tanggung jawab historis. Mereka pernah menjadi korban sistem yang sama: kolonialisme, apartheid, pembungkaman identitas. Maka ketika mereka bersatu di Bandung pada 1955, mereka bukan hanya menandatangani pernyataan politik, tetapi juga mengikrarkan solidaritas terhadap semua bangsa tertindas.

Berita Terkait

1
2
3 4 5 Selanjutnya

Topik Terkait

Saksikan Juga

11:47
15:11
07:39
18:33
03:26
01:19

Viral