

- AFC
Kita Boleh Kecewa, Tapi ...
Tapi, sekitar 100 ribu penonton, tetap memberikan suport yang luar biasa. Mereka terus bertepuk tangan, memberikan penghormatan yang luar biasa, meski timnas kita gagal.
Jika kalimat ini juga saya tuliskan, sekali lahi bukan untuk menghibur, juga tidak ingin bernostalgia, tetapi semua ada fakta. Maklum, anak sekarang sering menyebut orang-orang tua sebagai penganut idiologi nostalgia.
Ingat semifinal Piala Dunia 2014 di Brasil melawan Jerman? Juara dunia 5 kali bertemu dengan juara dunia 3 kali. Hasilnya di luar dugaan, Brasil dibantai 7-1 oleh Jerman, dan pada akhirnya menjadi juara dunia ke-4 kali. Begitu sepakbola.
Proses
Sesaat setelah laga Australia vs Indonesia, Ken Ane, host tvOne di AKIM (Apa Kabar Indonesia Malam) bersama Ferry Sandria, mantan pemain Krama Yudha dan timnas, serta pengamat politik serta pencinta sepakbola, Hendri Satrio, serta Prof Effendy Gazali yang langsung menyaksikan di Stadion Allians Sydney, saya mengatakan: "Sepakbola dan seluruh cabor olahraga wajib melalui proses. Ini bukan kalimat pembelaan, tapi fakta yang ada."
Nah, persoalan pokok yamg dihadapi timnas kita, latihan baru sekali yakni Rabu (19/3/25), Itu pun bukan latihan berat. Selain itu, Patrick Kluivert, sang pelatih kepala, belum mengenal secara baik setiap pemain, meski mayoritas dari Belanda (keturunan). Artinya, secara spesifik, Kluivert belum bisa mengukur kemampuan setiap orang, terutama di posisi masing-masing.
Apalagi, jujur, awalnya saya berharap dan pasti juga harapan banyak pihak, (konsekuensi logis/normal) dipertahankan. Misalnya Rizky Ridho, Jay Idzes, Justin Hubner, Sandy Walsh, dan Calvin Verdonk. Kelimanya sudah sangat solid. Bahasa kerennya, chemistry di antara mereka sudah terbangun.