news

Daerah

Bola

Sport

Gaya Hidup

Video

Tvone

Pojok KC - Kolase Foto Wapemred tvonenews.com Ecep S Yasa, background bengkel ketok magic.
Sumber :
  • tim tvonenews

Republik Epigonisme

Dalam terminologi agama, sikap lain dikata, lain dihati, beda anjuran beda tindakan disebut dengan munafik. 
Jumat, 2 Februari 2024 - 15:17 WIB
Reporter:
Editor :

Dalam pemilu 2024, calon calon pemimpin bisa didandani dengan banyak pakaian: baju penerbang, baju pendaki gunung, baju daerah, jaket bisbol, jas perlente, tapi dalam kondisi terdesak ia akan muncul tabiat aslinya. Kosmetik itu akhirnya meleleh. Seorang yang pemarah akan muncul sikap temperamentalnya, seorang yang gemar meremehkan orang akan “bocor” juga perangi aslinya.

Dalam terminologi agama, sikap lain dikata, lain dihati, beda anjuran beda tindakan disebut dengan munafik. Kitab suci punya pernyataan keras untuk perilaku munafik. “Wahai sekalian orang-orang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Besarlah dosanya di sisi Allah bahwa kamu mengatakan sesuatu yang kamu sendiri tidak mengerjakanya (QS. Al Shaff/61:2-3)

Saya ingat kata kata mutiara Abraham Lincoln soal perilaku pemimpin yang tak otentik, alias pagi tempe sore kedelai: “Kamu dapat menipu satu orang selama-lamanya; kamu juga dapat menipu semua orang dalam satu saat; tapi kamu tidak akan menipu semua orang selama lamanya.”

Dalam sejarah tak ada pemerintahan di manapun yang berlaku tidak adil, berbohong selama lamanya pada masyarakatnya. Cepat atau lambat masyarakat akan bangkit kesadarannya melawan penguasa yang tidak otentik, “bengkok” secara damai atau dengan kekerasan.

Sebab, sebenarnya kutipan Abraham Lincoln ada kelanjutannya. “Kita tidak bisa menipu hati nurani kita sendiri. Karena hati nurani selalu tunggal, dan selamanya akan meneriakan kebenaran dan kebaikan saja.”

“Allah tidak membuat untuk seseorang dua hati dalam rongga dadanya” (QS.al-Azhab/33:4). 

Bersikap palsu adalah melawan kodrati mahluk. Melawan fitrah dan tidak alamiah. 

Bagi saya, mencari pemimpin otentik untuk pembentukan demokrasi Indonesia yang secara usia masih muda (bandingkan dengan Amerika Serikat yang usia demokrasinya berusia 200 tahun lebih) sangat penting. Sebab, pemimpin kelak perkataan dan perbuatannya mempengaruhi orang banyak. 

Apalagi kita tahu, pemimpin yang tidak memiliki menyatunya kata dan perbuatan hanya akan mengundang sinisme publik, memancing perdebatan di masyarakat, mengundang ketegangan warga negara. Pemimpin yang tidak otentik, wibawanya seperti istana pasir, mudah runtuh. Pada akhirnya kepemimpinan dan pemerintahannya menjadi tidak efektif. Jika ini terjadi, tidak hanya merugikan sang pemimpin, tapi juga merusak tatanan masyarakat. (Ecep Suwardaniyasa Muslimin)

Berita Terkait

1 2
3
Tampilkan Semua

Topik Terkait

Saksikan Juga

11:47
15:11
07:39
18:33
03:26
01:19

Viral