- Istimewa
Ikranagara, Pelantang Kesenian Itu Telah Tiada
"Mama sementara ini bersama saya," ucap Inno.
Seniman humble
Saya puluhan tahun bersahabat dengan almarhum merasa sangat kehilangan. Markas kami dulu di Taman Ismail Marzuki. Saya baru memulai karir sebagai wartawan, almarhum sudah sangat terkenal, sudah menjadi sumber berita yang paling dicari. Statementnya kerap menjadi headline berita kesenian atau trending topic istilah sekarang. Ia terkenal pula sebagai aktivis seni yang aktif termasuk mengkritisi rekannya sesama seniman yang duduk dalam birokrasi, seniman yang berumah di langit atau feodal seni, istilah dia. Aksinya yang paling menggegerkan ketika ia dan kawan-kawannya menggembok kantor Dewan Kesenian Jakarta.
Ikra (begitu sering dipanggil) adalah sosok seniman besar yang ikut berkontribusi menggairahkan kehidupan kesenian khususnya teater dan film Indonesia di tahun 70 hingga sekarang. Baik dalam karya penyutradaraan teater, sebagai aktor panggung maupun aktor film. Jangan lupa pula perannya dalam pelbagai seminar dan diskusi kesenian di mana ia selalu tampil lantang, garang, tapi mencerahkan.
Saya menjulukinya sebagai "Pelantang Kesenian". Ia merumuskan kehidupan kesenian sebagai aktivitas mulia, seperti ibadah, dan mensosialisasikan ke masyarakat luas dengan sangat baik. Penguasaan materi, keluasan wawasan, dipadu dengan retorika yang bagus, Ikra selalu mencuri perhatian audiens dan pers.
Seperti halnya Rendra, Ikra juga singa podium. Di masa-masa itulah puncak pencapaiannya. Sosoknya meng inspiring banyak orang, sampai banyak penggemarnya memberi nama Ikranagara atau mirip-mirip itu untuk anak-anaknya.
Yang paling berkesan adalah sikap humblenya. Tidak seperti banyak seniman terkenal yang memilih berumah di langit. Ikra mudah bergaul dengan siapa saja. Dari kalangan bawah hingga pejabat negara. Selera humornya yang tinggi membuat ia akrab dengan siapa saja. Itu menjelaskan, di usia lanjut pun ia tetap berkarya, bahkan menjadi pemeran utama beberapa film.
Menarik mengikuti perjalanan keseniannya. Aktor teater serius ini kemudian semakin terkenal justru karena peran komedi. Karya aktingnya yang paling terkenal termasuk yang paling diapresiasi, adalah kolaborasinya dengan Ully Artha dalam drama komedi romantis Kejarlah Daku Kau Kutangkap (1986) dan Keluarga Markum (1986) yang merupakan sekuel atas suksesnya film Kejarlah Daku Kau Kutangkap. Ikra terakhir bermain di film "Sang Kyai" dan "Laskar pelangi 2:Edensor" (2013).