Pidato Perdana Menteri Belanda.
Sumber :
  • Guardian News

Merasa Bersalah Pernah Menjajah, Perdana Menteri Belanda Meminta Maaf Atas Perbudakan Negaranya

Selasa, 20 Desember 2022 - 19:35 WIB

Jakarta – Jika membicarakan mengenai Belanda, masyarakat Indonesia umumnya mengingat mengenai sejarah kelam kolonialisme dan perbudakan. Hal tersebut tidak jarang membuat luka sejarah tersendiri, khususnya bagi masyarakat Indonesia.

Cukup lama memendam luka tersebut, kini Perdana Menteri Belanda Mark Rutte secara resmi meminta maaf atas keterlibatan negaranya dalam perbudakan selama 250 tahun (19/12/2022).

Dalam kesempatan ini Mark Rutte menyebut bahwa tindakan kolonialisme merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan. Permohonan maaf Mark Rutte tersebut dilakukan setelah kabinetnya melakukan perjalanan ke tujuh negara bekas koloni Belanda di Amerika Selatan dan Karibia.

Pada pidatonya di arsip nasional di Den Haag, Belanda, Mark Rutte mengakui bahwa masa lalu merupakan hal yang tidak dapat dihapus.


Potret Perdana Menteri Belanda Mark Rutte (Guardians News)

Permintaan maaf dari Mark Rutte ini dilakukan hampir 150 tahun setelah berakhirnya perbudakan Belanda di berbagai wilayah, termasuk Suriname dan pulau-pulau seperti Curacao dan Aruba di Karibia, serta wilayah timur Indonesia.

Today I apologise, I am sorry. Today on behalf of the Dutch government. I apologise for the past action of the state to enslaved people of the past, everyone in the world who suffered as consequence of the actions, as well as their sons and daughters and all the descendents. (Hari ini saya minta maaf, saya minta maaf atas nama pemerintah Belanda. Saya mohon maaf atas tindakan negara di masa lalu terhadap orang-orang yang diperbudak, semua orang di dunia yang menderita akibat tindakan tersebut, serta putra dan putri mereka dan semua keturunannya.)” pidato Perdana Menteri Mark Rutte dilansir dari akun YouTube Guardian News.

Dalam permohonan maaf pemerintah Belanda ini ada beberapa bahasa yang dipakai selain bahasa Inggris, yakni Papiamento (bahasa di Kepulauan Karibia), dan Sranan Tongo (bahasa Suriname).

Pada pidatonya tersebut Mark Rutte juga mengucapkan maaf atas tindakan negara Belanda yang memungkinkan, mendorong, dan mengambil keuntungan dari perbudakan.

For centuries, the Dutch state and its representative facilitated, stimulated, preserved, and profited from slavery (Beberapa abad, pemerintah Belanda dan perwakilannya telah memfasilitasi, mendorong, melestarikan, dan mengambil keuntungan dari perbudakan),”ungkap perdana menteri Belanda tersebut. (Lsn)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
41:46
01:00
01:15
01:05
01:47
03:34
Viral