AKBP Ferli Hidayat dan tragedi Kanjuruhan Malang.
Sumber :
  • Kolase Tvonenews.com

Anak Buah AKBP Ferli Seolah 'Masuk Telinga Kanan Keluar Telinga Kiri', Instruksi Ferli Buyar Akibat Emosi, Laga Arema FC Vs Persebaya Tak Terkendali

Kamis, 6 Oktober 2022 - 08:08 WIB

Jakarta - Anak Buah AKBP Ferli Seolah 'Masuk Telinga Kanan Keluar Telinga Kiri', Instruksi Ferli Buyar Akibat Emosi, Laga Arema FC Vs Persebaya Tak Terkendali

Peristiwa mencekam yang terjadi di stadion Kanjuruhan Malang saat laga Arema FC vs Persebaya Surabaya menjadi peristiwa yang paling mengerikan dalam sepanjang sejarah sepakbola, Kamis (5/10/2022).

Saat itu, setelah pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya yang dimenangkan oleh tim berjuluk Bajul Ijo dengan skor akhir 3-2 itu langsung berujung tragedi mencekam.

Terjadi kerusuhan di akhir laga Arema FC vs Persebaya Surabaya yang menewaskan 131 orang dan 323 orang alami luka-luka. 


Tragedi di stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur saat laga Arema FC vs Persebaya Surabaya. (ist)

Adapun tragedi di stadion Kanjuruhan Malang saat laga Arema FC versus Persebaya Surabaya itu pun membuat Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat dicopot dari jabatannya.

Sosok AKBP Ferli Hidayat yang kini telah dicopot dari jabatannya itu ternyata sempat memberikan tiga instruksi penting kepada jajarannya dalam pengamanan laga Arema FC vs Persebaya Surabaya yang digelar di stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022).

Adapun tiga instruksi dari AKBP Ferli Hidayat itu disampaikan pukul 15.00 WIB, atau lima jam sebelum laga Arema vs Persebaya digelar.

"Saya tekankan, yang pertama, tolong tidak ada satupun anggota yang membawa senjata api, jadi kalau masih ada, baik bintara senior maupun perwira tolong segera diamankan dulu," kata AKBP Ferli Hidayat, seperti dalam tayangan video eksklusif tvOne, Selasa (4/10/2022).


Sosok AKBP Ferli Hidayat. (ist)
 
Kemudian, AKBP Ferli Hidayat juga meminta anggotanya yang melakukan pengamanan di stadion Kanjuruhan untuk tidak melakukan kekerasan yang eksesif, atau diluar dari kebiasaan.

"Kedua, tolong tidak ada yang melakukan kekerasan yang sifatnya eksesif. Seperti apapun nanti dinamikanya, tolong jangan sampai kita melakukan kekerasan yang eksesif. Sesuaikan saja ancaman yang kita hadapi dengan penggunaan kekuatan yang kita miliki," kata dia.

Adapun AKBP Ferli Hidayat juga meminta agar jajaran perwira senior yang bertugas dalam pengamanan di stadion Kanjuruhan melakukan pengawasan dan pengendalian kepada anggotanya yang bertugas.

"Ketiga, saya mohon bantuan rekan rekan perwira. Lakukan pengawasan dan pengendalian penuh terhadap rekan-rekan anggotanya," kata AKBP Ferli Hidayat.


Kerusuhan di stadion Kanjurhan, Malang, Jawa Timur. (ist)

Kapolri telah mengambil langkah tegas, yakni mencopot Kapolres Malang, AKBP Ferli Hidayat.

Hal itu tertuang dalam surat Telegram Nomor ST 20 98 X KEP 2022. Ferli kemudian dimutasi sebagai Perwira Menengah (Pamen) Sumber Daya Manusia (SDM) Polri. 

Siapa AKBP Ferli Hidayat?

Untuk diketahui, AKBP Ferli Hidayat merupakan polisi kelahiran 3 September 1982 asal Palembang, Sumatera Selatan. 

Adapun AKBP Ferli Hidayat mengemban pendidikan SMA Taruna Nusantara pada tahun 2001 dan menyelesaikan Akademi Kepolisian pada tahun 2004. 

Dalam dunia kepolisian, AKBP Ferli Hidayat, berpengalaman dalam bidang lantas. Bahkan, Ferli sempat menjabat sebagai Kasubag Bungkol Spripim Polri. 

Sebelum dia menjadi Kapolres Malang, AKBP Ferli Hidayat dahulu pada saat akademi tergabung pada Batalyon Tatag Trawang Tungga.


Sosok AKBP Ferli Hidayat. (ist)

Selanjutnya, pada tahun 2009, lelaki kelahiran tahun 1982 ini, juga berhasil menyelesaikan pendidikan strata 1 jurusan Hukum di Universitas Widya Mataram Yogyakarta. 

Pada tahun 2013, Ferli juga meraih gelar magister hukum di Universitas Diponegoro. Selain menempuh pendidikan umum, lelaki asal Palembang ini terus mengejar cita-citanya dengan mengikuti pendidikan kepolisian di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian pada tahun 2009 hingga 2011.

Kemudian ia mengabdi sebagai Kasattar Karbinarsis pada tahun 2011. Kemudian, mantan Kapolres Malang ini bertugas di Polda Kalimantan Timur sebagai Paur STNK Ditlantas Polda Kaltim. 

Memang, karier kepolisian AKBP Ferli Hidayat ini sangat cemerlang dan berlanjut di berbagai daerah.

Pada tahun 2015, dirinya pernah bertugas sebagai Kasat Lantas di Polda Kaltim dan terakhir dirinya berdinas di Mabes Polri sebagai Kasubbagbungkol Sipripim Mabes Polri pada 2021.

Sedangkan 24 Januari 2022, dirinya saat itu mengemban tugas sebagai Kapolres Malang, menggantikan AKBP Raden Bagoes Wibisono. 

Pesan Aremania

Saksi mata dari Aremania meminta kepada aparat yang menembakkan gas air mata di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur pada Sabtu (1/10/2022) mengaku.

“Kepada aparat menyemprotkan gas air mata tolong mengaku, mungkin anda bisa selamat di dunia tapi tidak bisa selamat di akhirat,” ujar Rudi (nama samaran) dalam Program Dialog tvOne, Catatan Demokrasi, dikutip Rabu (5/10/2022).

Sementara menurutnya, pemantik pertama dari kericuhan di Stadion Kanjuruhan itu diduga ketika polisi memukul suporter yang turun ke lapangan.

Suporter Arema FC memasuki lapangan setelah laga. (ant)

“Menurut saya seperti itu akhirnya menyebabkan Aremania yang di atas tribun tidak terima temannya dipukuli di bawah lapangan akhirnya terjadilah pukul-pukulan antara Aremania dan aparat,” kata Rudi.

Rudi menjelaskan bahwa suporter yang turun ke lapangan bukanlah ingin menyerang melainkan memberi dukungan kepada tim Arema yang kalah dari Persebaya.

“Jadi setelah itu (laga selesai) ada dua orang Aremania yang masuk ke lapangan tapi bukan menyerang Persebaya melainkan memberi support kepada pemain Arema,” jelas Rudi.

Rudi yang melihat kondisi saat itu mengaku bingung alasan aparat menembakkan gas air mata ke tribun. Pasalnya yang kericuhan terjadi di lapangan,

Suasana di Stadion Kanjuruhan Saat Diliputi Gas Air Mata (ant)

“Kenapa gas air mata itu disemprotkannya di Tribun padahal di Tribun itu antre untuk keluar stadion bukan untuk lihat kericuhan tersebut,” tandas Rudi.

Diketahui, terjadi kericuhan usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dalam BRI Liga 1 pada Sabtu (1/10/2022) malam yang hasil akhirnya 2-3 untuk tim tamu.

Kericuhan tersebut berakhir menjadi tragedi karena menyebabkan 131 orang meninggal dunia dan sekitar 400 orang alami luka.

Stadion Kanjuruhan (ant)

Kapasitas Stadion Kanjuruhan Tidak Jelas

Ketua Komite Disiplin (Komdis) PSSI, Erwin Tobing, mengatakan tidak mendapat bukti jelas berapa jumlah penonton yang hadir di Stadion Kanjuruhan saat kerusuhan terjadi. Komite meragukan laporan panitia pelaksana pertandingan karena stadion tidak menggunakan sistem kursi tunggal.

"Tribun penonton di Kanjuruhan belum 'single seat' (kursi tunggal-red) sehingga tidak terukur. Inilah yang membuat ada pihak yang mengatakan 40 ribu atau 45 ribu orang di sana," ujar Erwin dalam konferensi pers yang diikuti secara virtual dari Jakarta, Selasa (5/10/2022).

Menurut purnawirawan polisi berpangkat akhir Inspektur Jenderal, ketidakjelasan membuat pihaknya tidak bisa memastikan apakah kapasitas Stadion Kanjuruhan pada laga Liga 1 Indonesia 2022-2023 Arema FC versus Persebaya melebihi batas atau tidak.

Komite Disiplin PSSI pun menyalahkan panitia pelaksana pertandingan Arema FC atas kesimpangsiuran data penonton. Erwin Tobing memberikan masukan agar stadion-stadion di Indonesia menggunakan kursi tunggal dan pendataan tiket yang akurat.

Tiket Terjual Ludes

Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI Ahmad Riyadh menyampaikan bahwa panitia pelaksana pertandingan Arema FC mengaku menjual 42 ribu tiket pertandingan dari 45 ribu kapasitas maksimal.

Ahmad menambahkan, pihak kepolisian telah mengimbau agar panitia menjual tiket sebanyak-banyaknya 75 persen dari jumlah penonton maksimal.

Tapi saat imbauan keluar, penonton sudah telanjur membeli ludes tiket pertandingan Derbi Jawa Timur.

"Pada akhirnya, berdasarkan hasil rapat, jumlah personel keamanan yang ditambah," tutur Ahmad.

Kericuhan di Stadion Kanjuruhan terjadi ketika ribuan suporter Arema FC, Aremania, masuk ke area lapangan setelah pertandingan dengan Persebaya pada laga lanjutan Liga 1 Indonesia 2022-2023. Kerusuhan pecah setelah aparat kepolisian melepaskan tembakan gas air mata. (raw)

Dunia Sepak Bola Berduka

Tragedi di Kanjuruhan menjadi perhatian dari berbagai pihak baik sepak bola Indonesia maupun internasional.

Salah satu yang ikut prihatin terhadap tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan adalah mantan pemain tim nasional Brasil Pele.

Ia menyebut bahwa kekerasan tak mempunyai tempat dalam olahraga.

“Pekan ini, kita menyaksikan salah satu bencana terbesar dalam sejarah sepak bola. Ada 32 anak-anak dari 125 orang yang meninggal dunia dalam tragedi Kanjuruhan,” kata Pele dalam sebuah unggahan melalui media sosialnya, dikutip Rabu (5/10/2022).

Sosok pesepakbola legendaris, Pele (antara)

“Kekerasan tak punya tempat dalam olahraga. Tidak ada kekecewaan dari kekalahan yang dapat membenarkan kita kehilangan cinta kasih kepada sesama manusia. Olahraga seharusnya menjadi wujud cinta,” kata dia.

Tim Pencari Fakta Bergerak

Presiden Joko Widodo meminta tim pencari fakta dapat menuntaskan tugasnya dalam kurun waktu satu bulan.

Sementara itu, PSSI telah memutuskan untuk memberhentikan sementara seluruh kompetisi Liga 1 musim 2022/2023 hingga waktu yang tidak dapat ditentukan sembari menunggu hasil investigasi insiden di Stadion Kanjuruhan. 

Sedangkan Liga 2 Indonesia ditangguhkan selama dua pekan dimulai Senin (3/10/2022).

Logo PSSI (ant)

Sanksi dari PSSI

Komite Disiplin (Komdis) PSSI akhirnya memberikan dua sanksi kepada Arema FC terkait Kerusuhan Kanjuruhan. 

Sanksi yang diberikan setelah empat hari sejak kerusuhan itu berkaitan dengan larangan menjadi tuan rumah dan denda.

"Arema FC dilarang menyelenggarakan pertandingan dengan penonton di stadion jika bertindak sebagai tuan rumah sampai Liga 1 Indonesia 2022-2023 selesai," ujar Ketua Komdis PSSI, Erwin Tobing, dikutip Rabu (05/10/2022).

Erwin melanjutkan, kandang Arema pada sisa pekan Liga 1 2022-2023 bukan lagi di Stadion Kanjuruhan, Malang.

Laga tersebut wajib pindah ke tempat yang jaraknya minimal 250 kilometer dari markas semula.

Kemudian, sanksi kedua, klub berjuluk Singo Edan itu harus membayar denda sebesar Rp250 juta. Pengulangan pelanggaran serupa dapat berbuah hukuman lebih berat kepada Arema FC.

Komdis PSSI menilai Arema FC gagal menjalankan tanggung jawab untuk menjaga ketertiban dan keamanan selama pertandingan.

"Panitia pelaksana tidak bisa mengantisipasi masuknya suporter ke lapangan," kata Erwin Tobing.

Anggota Komite Eksekutif PSSI, Ahmad Riyadh, menilai bahwa kesalahan dari panitia pelaksana (panpel) pertandingan Arema FC adalah tidak membuka beberapa pintu stadion mulai menit 80 atau 10 menit sebelum pertandingan selesai.

Pintu stadion yang belum terbuka menyebabkan banyak suporter kesulitan mencari jalan keluar setelah polisi menembakkan gas air mata. 

Akibat hal itu, banyak penonton yang terjepit dan terhimpit di keramaian yang berujung pada meninggalnya ratusan orang.

 "Itu kesalahan dari panpel," kata Ahmad.

Logo Arema FC (ant)

Sebagai buntut dari tragedi tersebut, Komdis PSSI juga menjatuhkan hukuman berat kepada Ketua Panitia Pelaksana Arema FC, Abdul Haris, dan Petugas Keamanan (Security Officer) Arema FC, Suko Sutrisno.

Abdul dan Suko tidak boleh lagi beraktivitas di lingkungan sepakbola selama seumur hidup. (ito/put/abs)

Jangan Lupa Tonton dan Subscribe YouTube Tvonenews.com:

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
02:08
06:10
01:41
03:04
02:15
03:41
Viral