- (ANTARA/Chairul Rohman)
Yuk Mengenal Koleksi Museum Betawi di Setu Babakan
Jakarta - Setu Babakan memang sudah banyak dikenal oleh publik sebagai Kampung Betawi. Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan kental dengan komunitas yang berkembang bersama dengan kesenian, adat istiadat, religi, kuliner dan juga arsitektur asli Betawi.
Ornamen khas Betawi sangat melekat di bangunan Museum Betawi yang berlokasi di kawasan Setu Babakan, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Tidak salah rasanya jika Museum Betawi ini berdiri di kawasan Setu Babakan. Museum inii seolah melengkap kawasan objek wisata budaya Betawi di kawasan Setu Babakan.
Bangunan yang berdiri di atas tanah seluas 3.2 hektar ini diresmikan sejak 2017 dan hingga kini bangunan yang banyak menyimpan literasi budaya Betawi ini sering dikunjungi oleh siswa-siswi hingga mahasiswa yang membutuhkan informasi mengenai kebudayaan Betawi.
"Kurang lebih 500an orang mengunjungi Museum Betawi pada musim libur sekolah kemarin," ujar pegawai yang selalu berjaga di Museum tersebut, Rabu.
Pintu berbahan kayu jati kekar berwarna coklat seolah menyambut setiap pengunjung museum yang menyimpan banyak sejarah dan juga tradisi Betawi jaman dahulu.
Sebelum memasuki ruangan-ruangan Museum Batawi, penerima tamu akan menyapa yang ramah dan menyambut baik setiap pengunjung yang datang dari berbagai daerah di Jakarta dan luar Jakarta.
Museum Betawi berlantai dua ini memiliki tiga ruangan yang bisa dijelajah para pengunjung yang hendak mengetahui lebih dalam mengenai tradisi khas Betawi dari peralatan seni hingga adat pernikahan.
Ruang pertama museum ini adalah ruangan "Gallery 8 Ikon". Ruangan ini menyajikan banyak benda-benda yang membuat pengunjung memahami sejarah Betawi di masa lalu, yakni mulai dari ondel-ondel, replika rumah adat, batik betawi, baju sadariah atau baju encim, makanan dan minum seperti kerak telor dan bir pletok hingga kembang kelapa tersaji lengkap dan tertata rapi di dalam ruangan tersebut.
Setelah melirik satu persatu benda-benda yang dimiliki oleh budaya Betawi, pengunjung bisa langsung naik ke lantai dua dengan melewati lorong yang ramah dengan penyandang disabilitas. Pengunjung dengan memakai kursi roda dijamin aman dan nyaman naik ke lantai 2.
Pada lantai dua, museum ini banyak menyimpan koleksi peralatan rumah tangga yang memang dulu banyak digunakan oleh orang-orang Jakarta untuk menghiasi rumah mereka.
Tidak hanya peralatan rumah tangga, lantai dua di gedung yang berada di Zona A ini juga menghadirkan peralatan seni musik khas Betawi.
Di lantai satu, terdapat ruangan terang ini yang ada sebilah golok berukuran besar, yakni golok Si Rajut.
Golok memang menjadi senjata yang banyak digunakan oleh jawara-jawara Betawi, pada kesenian budaya Betawi misalnya palang pintu, kesenian silat yang dipadukan dengan seni pantun ini juga menggunakan golok sebagai senjata untuk bisa menerobos rumah calon pengantin wanita.
Dalam penjelasannya yang bisa dipindai melalui kode batang (barcode), Golok “Si Rajut” dibuat sebagai lambang pemersatu dan merajut silaturahmi dari perbedaan pandangan, pemikiran, tindakan dan perbuatan warga Jakarta bersamaan dengan berakhirnya Pesta Demokrasi pada April 2019.
Sebagai bentuk kepedulian budaya Betawi maka Golok Si Rajut diserahkan dari Manggar Kelape ke Museum Betawi pada 30 April 2019, tulis penjelasan tersebut.
Di ruangan ini terdapat pengetahuan tentang pakaian adat pernikahan dari budaya Betawi dan juga seserahan seperti roti buaya yang wajib dibawa ketika calon pengantin pria hendak melangsungkan pernikahan dengan calon wanita pilihannya.
Para pengunjung Museum Betawi tidak akan dipungut biaya masuk alias gratis. Tidak hanya melihat-lihat benda bersejarah, museum ini juga menyajikan empat rumah adat seperti rumah panggung, Joglo, kebaya dan juga rumah gudang.
Selain itu, di tengah-tengah terdapat sebuah panggung terbuka yang dinamakan Amphy Theatre untuk menampilkan kesenian budaya Betawi seperti lenong, palang pintu dan juga seni tari khas Betawi.
Tidak hanya itu saja, pengunjung juga disuguhkan dengan agro wisata kebun alpukat yang nantinya bisa mereka dapatkan bibitnya dengan harga tertentu.
Dengan hadirnya Museum ini diharap anak-anak Betawi lebih lagi mengenal tradisi mereka dan membawa nama betawi di mata dunia.
"Visi dari museum ini adalah museum yang bertaraf Internasional," ujar Anggota Forum Pengkajian dan Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi saat ditemui di kawasan Setu Babakan, Lahyanto Nadie.
Dia menjelaskan museum ini bisa menjadi jembatan untuk memberikan literasi kepada generasi muda yang ingin mengetahui peninggalan orang-orang Betawi tempo dulu.
"Dengan adanya museum ini, kita akan mewariskan kesadaran budaya Betawi yang kaya akan literasi dari dulu," ucap pria yang akrab disapa Bang Lay.
Pria berkacamata menceritakan anak-anak Betawi kini sudah ada segala aspek, baik di pemerintahan maupun non pemerintahan.
"Anak-anak Betawi juga kini sekolahnya juga sudah melanglang buana hingga ke mancanegara, bahkan ada juga yang di Amerika, tidak hanya Timur-Tengah," kata dia. (ant/mii)