- Julio Trisaputra
Media Fashion Jepang Menyoroti Fenomena Citayam Fashion Week sebagai Gebrakan Baru di Indonesia
Jakarta - Taman Dukuh Atas menjadi tempat nongkrong populer di Jakarta usai fenomena ratusan remaja dari Citayam, Kota Depok, dan Bojonggede, memenuhi kawasan tersebut dengan sense of fashion yang menarik perhatian banyak orang. Akun Twitter @TokyoFashion pun mendukung aktivitas Citayam Fashion Week.
"Thread keren ribuan anak muda Indonesia yang berdandan dan membuat jalan-jalan di Jakarta Pusat menjadi hidup sebagai fashion catwalk, tidak seperti Harajuku di Jepang. Semoga beberapa situs/akun street snap Indonesia mendokumentasikan dan mendukung aksi tersebut," cuit akun @TokyoFashio menanggapi thread @sofiaflorina, dikutip pada Selasa (12/7/2022).
Akun yang terkenal kerap mengulas perihal fashion ini berharap siapa saja masyarakat di Indonesia dapat membantu komunitas street fashion di Jakarta seperti halnya Citayam Fashion Week. Seperti membangun sebuah media sosial yang secara teratur mengunggah hasil street snap para remaja berpakaian modis untuk saling bertemu, mendorong, menginspirasi, dan secara tidak langsung mempromosikan kawasan Sudirman sebagai tempat acara mode lokal.
Memang untuk waktu yang lama Instagram selalu menjadi wadah dalam mendokumentasikan segala kegiatan, namun saat ini TikTok menjadi sangat populer di kalangan generasi termuda, khususnya remaja penggiat Harajuku atau 'street fashion style'.
Tetapi tren ini tidak lepas dari sisi negatif, banyak masyarakat Indonesia menentang perkumpulan ABG ini lantaran membuat area Sudirman yang terkenal elit dipenuhi dengan sampah.
"Seseorang di thread menyebutkan tentang membuang sampah sembarangan, jelas hal ini perlu dipastikan bahwa para remaja tersebut tidak menyebabkan masalah bagi penduduk atau bisnis lokal. Tidak yakin bagaimana berkomunikasi tentang itu, tetapi secara umum, kita harus hidup berdampingan dengan baik bersama komunitas lokal," lanjut tulisannya.
Alasan mengapa Harajuku masih eksis sampai sekarang tidak lepas dari peran banyaknya mahasiswa dari perguruan tinggi jurusan mode dan kecantikan ikut berkontribusi, seperti membawa penggiat Harajuku menjadi model dalam tugas kuliah. Selain itu toko-toko lokal juga senang hadirnya Harajuku karena pemasukan meningkat.
"Hal lain yang membuat sebagian orang lebih mudah menerima adegan fashion jalanan adalah remaja ini menghabiskan uang di toko-toko lokal di Harajuku. Tidak ada yang membuat skeptis komunitas lebih bahagia daripada pelanggan yang membayar," tutupnya. (ags/ade)